Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Berpikir Kreatif dan Inovatif Dalam Kewirausahaan

Cara Berpikir Kreatif dan Inovatif Dalam Kewirausahaan - Memiliki cara berpikir kreatif harus selalu ada pada seorang pengusaha untuk menjamin perkembangan usaha berjalan dengan cepat dan tepat.

Kita tentu masih mengingat bahwa dalam mengembangkan pemikirannya, manusia dapat memanfaatkan "otaknya bagian kiri" dan "otaknya bagian kanan.

Pada intinya otak bagian kiri kita manfaatnya untuk berfikir secara analitikal, sistematikal, logikal Pada umumnya berfikir secara analitikal bersifat konvergen (menuju kesebuah titik).

Sebaliknya otak kita bagian kanan yang membantu kita berfikir secara imajinatif, kreatif bersifat divergen (bertolak dari sebuah titik, yang kemudian menyebar ke berbagai jurusan).

Setiap entrepreneur , yang ingin mengembangkan entrepreneurshipnya, bukan saja perlu mengandalkan diri pada otaknya bagian kiri, tetapi juga otak bagian kanan, harus puladi manfaatkan sepenuhnya, dalam hal menciptakan ide-ide baru dalam wujud: produk-produk baru --metode-metode kerja baru --menemukan servis-servis baru --daerah-daerah penjualan baru. Jelas kiranya bahwa orang-orang tertentu sangat berbakat dalam hal mengembangkan otaknya bagian kiri dan ada orang-orang tertentu yanglebih banyak mengembangkan otaknya bagian kanan.

Istilah yang banyak digunakan, orang adalah : adanya kelompok "left brainers", dan adanya kelompok kedua yakni Para "right brainers”.

Cara Berpikir Kreatif dan Inovatif Dalam Kewirausahaan_
image source: www.cbiz.co.uk
baca juga: Cara Mengembalikan Motivasi Yang Hilang Menurut Para Ahli

Dunia kita memerlukan kedua kelompok manusia, tetapi, ,terutama,bagi para entrepreneur, penggunaan atau pemanfaatan otak mereka bagian kanan sangat krusial dalam hal melaksanakan kegiatan mereka sehari-hari.

Dahulu, ada pendapat yang diterima umum, yang menyatakan bahwa apabila suatu perusahaan berhasil mencapai suatu bentuk keunggulan kompetitif (M. Porter) maka keunggulan demikian harus dipertahankan selama mungkin, karena ia jelas merupakan sebuah alat untuk menghadapi pihak pesaing secara berhasil.

Tetapi, kemudian muncul pandangan yang lebih "baru" yang menyatakan bahwa begitu suatu perusahaan meraih keunggulan kompetitif tertentu, segera pimpinan perusahaan tersebut perlu memikirkan untuk secepat mungkin, "meninggalkan keunggulan" tersebut, dan menemukan keunggulan lain yang lebih "baru". Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa pihak pesaing, tidak akan tinggal diam, dan mereka lambat laun, akan mengimitasinya.

Apalagi, apabila pihak pesaing berhasil mengimitasi keunggulan kita melalui produk atau jasa yang lebih unggul, maka tamatlah posisi unggul kita yang semula diraih dengan susah payah.

Dalam praktek banyak terlihat bahwa pada awalnya ada perusahaan yang didirikan seorang entrepreneur, yang ternyata berhasil merebut pangsa pasar, karena ia terbuai oleh keunggulan yang dicapainya. Maka sang entrepreneur tidak melakukan apa-apa dalam rangka memperbaiki keunggulanya yang ada, sampai pihak pesaing muncul dengan produk atau jasa serupa, tetapi dengan modifikasi yang lebih memuaskan selera konsumen.

Aneka macam sumber bagi pembentukan ide-ide baru

Ada berbagai macam sumber yang dapat kita manfaatkan untuk mencapai sejumlah ide-ide baru. Diantara sumber-sumber yang diketahui, yang dapat membantu kita mencapai ide-ide baru tersebut, dapat disebut: para konsumen, perusahaan-perusahaan yang ada, saluran-saluran distribusi, pemerintah, dan riset serta pengembangan internal.

Para konsumen

Para entrepreneur makin memperhatikan apa yang harus dijadikan titik vocal ide tertentu yang dapat melahirkan sebuah produk atau servis baru, yaitu sang konsumen. Bahwa para konsumen sering kali merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan ide baru, yang kemudian menyebabkan diciptakannya produk atau jasa baru, merupakan sesuatu hal yang sejak lama diketahui oleh dunia bisnis. Ia dapat berbentuk kegiatan memonitor ide-ide potensial, yangdisajikan secara informal, atau secara formal, melalui upaya mengundang para konsumen (tertentu) untuk menyatakan pendapat mereka tentang produk atau jasa yang diinginkan mereka, dan yang kiranya belum diproduksi untuk pasar.

Kira tentu tidak akan menutup mata bahwa dalam pertemuan¬pertemuan dengan para konsumen, akan muncul aneka macam ide "gila" (crazy ideas) --tetapi segila-gilanya sesuatu ide, melalui jalan memodifikasi ide tersebut, ada kemungkinan untuk mengkonversinya menjadi sebuah produk atau servis yang bermanfaat.

Perusahaan-perusahaan yang ada

Para entrepreneur perlu juga menggunakan metode yang lebih formal, guna memonitor serta mengevaluasi produk-produk serta servis-servis yang sudah ada, dan yang ditawarkan oleh perusahaan- perusahaan yang ada atau oleh perusahaan-perusahaan baru.

Kerap kali analisis demikian dapat mengungkapkan cara-cara untuk memperbaiki penawaran-penawaran yang ada tersebut, yang menyebabkan terbentuknya sebuah usaha baru.

Dalam kegiatan demikian konsep dan kegiatan "benchmarking" merupakan kegiatan yang bermanfaat.Dalam sebuah seminar tentang benchmarking pernah kami merumuskan kegiatan benchmarking sebagai "imitation with modification" yang ternyata merupakan salah satu kekuatan perusahaan jepang, pads awal industri mereka bangkit setelah usai Perang Dunia keII. (perhatikan Winardi : Benchmarking)

Saluran distribusi

Para anggota saluran distribusi merupakan sumber-sumber bagus untuk mendapatkan ide-ide baru.

Mengingat bahwa mereka sudah mengenal kebutuhan pasar, maka para anggota saluran pasar demikian biasanya memilikisejumlah saran, yang dapat mengarahkan kita untuk menciptakan produk-produk baru.Mereka juga dapat menjadi sumber yang membantu kita dalam hal melaksanakan pemasaran produk-produk baru yang diciptakan dan diproduksi oleh para entrepreneur.

Pemerintah

Pihak pemerintah dan badan-badan pemerintah dapat pula membantu menemukan dan mengembangkan ide-ide produk baru melalui aneka macam cara. Salah satu sumber untuk ide baru adalah Biro Paten dari pihak pemerintah sekalipun paten-paten yang ada, dengan sendirinya tidak boleh ditiru, paten-paten itu sendiri mungkin saja dapat memberikan ilham kepada para entrepreneur kreatif, untuk menciptakan produk-produk lain berdasarkannya. Disamping itu ide-ide produk baru dapat muncul Pula sebagai reaksi atas peraturan pemerintah.

Peraturan-peraturan pemerintah tentang upaya menjaga keamanan di tempat kerja, dapat menimbulkan ilham untuk menciptakan kotak-kotak PPPK untuk ditempatkan di setiap perusahaan. Topi helm pengaman kepala, juga lahir dari peraturan pemerintah untuk melindungi para pekerja sewaktu mereka bekerja.

Riset dan pengembangan

Sumber terbesar untuk mencapai ide-ide baru, adalah departemen sang entrepreneur untuk tujuan "riset dan pengembangan", terlepas dari apakah departemen tersebut merupakan sebuah departemen lengkap dengan peralatan lengkap, ataupun sebuah tempat kerja sederhana di dalam sebuah garasi, dengan alat peralatan serba ada. (ingat bahwa Thomas Alva Edison, seringkali menjadikan gerbong-gerbong kereta api, sebagai “laboratoriumnya” untuk percobaam-percobaannya).

Langkah-langkah dalam proses kreatif dan pemikiran kreatif

Proses kreatif yang diikutioleh pikiran kita dalam hal mencari pemecahan masalah tertentu, telah dianalisis oleh banyak ilmuwan, dan mereka berhasil menemukan berbagai macam cara untuk melaksanakannya. Perlu dicatat bahwa sebagian di antara cara-cara yang dikemukakan, memiliki persamaan-persamaan tertentu.

Seorang yang bernama Herman von Helmholtz, seorang ahli fisika Jerman menggariskan proses tiga langkah sebagai berikut:
  1. Saturasi (saturation).
  2. Inkubasi (incubation).
  3. Iluminasi (illumination).

Keterangan :

Yang dimaksud oleh Helmholtz dengan istilah saturasi, yaitu upaya mengumpulkan fakta, data dan sensasi-sensasi yang kemudian oleh pikiran dijadikan bahan mentah untuk memproduksi ide-ide baru.

Proses tersebut dapat berlangsung secara sadar atau dibawah sadar dan secara umum boleh dikatakan bahwa proses yang dikemukakan berlangsung seumur hidup atau sepanjang kehidupan kita.

Inkubasi: merupakan langkah berikut dalam proses yang berlangsung, yang dilaksanakan tanpa adanya sesuatu upaya yang dilakukan secara sadar. Menurut teori yang ada, di sini pikiran kita dibawah sadar menyeleksi aneka macam potongan informasi, yang kemudian diolah menjadi berbagai macam kombinasi yang tidak terhitung banyaknya, yang sebagian besar ditolak, sebelum mereka muncul pada pikiran sadar kita.Banyak penulis tentang pemikiran kreatif, menekankan pentingnya periode, ini (periode inkubasi), terutama, apabila pemecahan masalah tidak segera dicapai.

Iluminasi: berkaitan dengan suatu gejala yang dinyatakan sebagai : "flash of genius" (ilham yang sekonyong-konyong muncul dalam pikiran kita), yang seringkali terlihat setelah-periode inkubasi yang berlangsung lama. Sekonyong-konyong pemecahan problem muncul dalam benak dan pikiran kita, yang kadang-kadang secara sangat mengherankan berisikan hal-hal rinci secara lengkap.

ANEKA MACAM HAMBATAN ATAU KENDALA TERHADAP PEMIKIRAN KREATIF

Ada sebuah pernyataan yang perlu kita ingat dalam hal mengembangkan pemikiran kreatif, yakni: apabila kita sedang mengejar ide-ide hendaknya jangan kita "menginjak rem kendaraan kita".

Pendidikan formal kita (pendidikan akademik) telah memberikan kepada kita sejumlah peralatan (tools) guna melaksanakan pemikiran secara analitikal, yang terutama bermanfaat apabila kita sedang berupaya memecahkan masalah-masalah tertentu, atau apabila kita sedang menghadapi persoalan-persoalan tertentu.

Memang harus diakui, bahwa cara demikian menimbulkan banyak keuntungan positifnya, tetapi kadang-kadang pemikiran analitikal justru merupakan kendala bagi pemikiran kreatif.

Dalam keadaan sadar, kita memanfaatkan kemampuan analitikal atau kemampuan kritis kita, untuk menghadapi dan mengevaluasi ide-ide.

Proses Kreatif

Herbert G. Hicks (Hicks, 1972: 201-204)

Menurut Herbert G. Hicks, proses kreatif memiliki sejumlah pola sebagai berikut;
  1. Logika (Logic)
  2. Menghubungkan ide (Idealinking).
  3. Pemecahan masalah (Problem solving}.
  4. Kaitan bebas (FreeAssociation).

Logika

Pada pola pertama proses kreatif, pemikiran logikal, orang mendekati alam dengan sebuah hipotesis, atau teori yang melalui pengujian serta verifikasi, dapat menimbulkan sebuah kesimpulan. Contoh; produksi intan sintetik: para ilmuwan telah mengobservasi kenyataan bahwa intan asli (alamiah) ternyata berasal dari karbon murni, dalam kondisi tekanan dan temperatur yang sangat tinggi.

Para ilmuwan tersebut menyusun teori bahwa intan mungkin dapat diproduksi, andaikata kondisi-kondisi serupa dapat diciptakan dalam sebuah laboratorium.Setelah banyak eksperimen diterapkan, ternyata bahwa hipotesis yang diajukan mengandung kebenaran, orang berhasil memproduksi intan sintetik, dan dewasa ini sebagian besar intan industrial diproduksi orang secara sintetik.

Logika dapat mencapai dua macam tipe: tipe induktif, dan tipe deduktif. Logika deduktif digunakan orang apabila sebuah pernyataan umum yang diterima orang diterapkan terhadap sebuah kasus spesifik.

Misalnya pernyataan yang menyatakan bahwa "semua manusia memiliki kemampuan kreatif; saudara adalah manusia, jadi dengana demikian berarti saudara memiliki kemampuan kreatif pula.Logika induktif di lain pihak, menarik sebuah generalisasi yang didasarkan atas observasi spesifik; masing-masing individu yang saya observasi, memiliki kemampuan kreatif tertentu, maka oleh karenanya saya menduga bahwa semua orang memiliki kemampuan kreatif.

Dalam praktek sulit untuk menyatakan apakah orang telah memanfaatkan logika induktif atau logika deduktif untuk mencapai sebuah kesimpulan. Kedua hal seringkali terjalin ketat satu sama lainnya, dalam sebuah proses logika spesifik. Akan tetapi, orang hanya perlu mengetahui bahwa logika telah diterapkan, apabila sesuatu hal diasumsi, oleh karena hal lain benar.Andaikata pernyataan yang menyatakan bahwa a benar (atau tidak benar) dan oleh karenanya b adalah benar (atau tidak benar) maka orang telah menerapkan logika dalam hal menyatakan b.

Menghubungkan ide (Idea Linking)

Pola kedua, proses kreatif dapat Idta namakan "menghubungkan ide" (idea linking). Orang yang menggunakan metodeini membentuk hubungan antara berbagai macam ide yang berbeda, atau potongan-potongan informasi yang ada.

Pendidikan, karena ia menambahkan jumlah pengetahtian seseorang individu, juga dapat meningkatkan jumlah hubungan-hubungan potensial yang ada. Dengan demikian berarti bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi, kiranya akan lebih kreatif, melalui pola menghubungkan ide, dibandingkan dengan orang yang mendapatkan pendidikan lebih sedikit.

Akan tetapi pengalaman hidup, di luar pendidikan formal, dapat pula memberikan sumbangan bagi gudang informasi hingga dengan demikian hal tersebut dapat pula menambah kreativitas.

Dengan demikian.misalnya dapat kita katakan bahwa seorang insinyur dapat relatif mudah mendesain dan membangun sebuah jembatan, apabila sebelumnya ia telah mempelajari teori tentang konstruksi jembatan, atau ia telah mencapai pengalaman membuat jembatan sebelumnya.

Akan tetapi, pendidikan serta pengalaman hingga tingkat, bahwa mereka dapat melanjutkan ide-ide lama, atau memperkuat minat yang sebelumnya, dapat pula menghambat proses kreatif. Ternyata dalam kenyataan bahwa banyak orang yang bukan merupakan pakar yang diakui dalam bidang tertentu, telah berhasil mencapai aneka macam penemuan-penemuan baru.

Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah pendidikan tertentu dan pengalaman tertentu hanya sekedar mengajarkan kepada mahasiswa kita mendapat jawaban-jawaban usang, dibandingkan dengan kemungkinan merangsang mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan, setelah mana mereka berupaya mendapatkan jawaban mereka sendiri.

Mungkin sekali, disebabkan oleh karena kita demikian terobsesi oleh hal-hal lama, ternyata bahwa film berwarna, musik jazz, baling-baling pesawat udara yang terbuat dari alumunium dan proses Bessemer untuk mengolah besi menjadi baja, kesemuanya telah diketemukan oleh orang-orang yang berada di luar bidang "garapan" produk-produk demikian.

Pemecahan masalah

Pola ketiga, yakni pendekatan pemecahan masalah, merupakan pendekatan yang paling luas dikenal dan yang diterima sebagai cara guna merangsang kreativitas dan untuk menerangkan proses kreatif.

Pendekatan demikian sangat menekankan upaya merumuskan "problem" yang sedang dihadapi, dan di asumsi olehnya bahwa setelah masalah tersebut dirumuskan, solusi masalah hampir secara otomatik akan bermunculan.

Perhatikan ungkapan seorang yang bernama John Dewey yang berpendapat bahwa : "A problem well-defined is half solved".

Orang mengenal aneka macam cara memecahkan masalah. Salah satu cara umum menyatakan bahwa dalam hal menerapkan pendekatan pemecahan masalah kita perlu mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Kumpulkan fakta-fakta
  2. Identifikasi masalah yang sedang dihadapi!
  3. Rumuskan solusi-solusi dan alternatif
  4. Pilihlah solusi terbaik
  5. Terapkan solusi yang telah dipilih dalam kenyataan.

Kite semua cukup memahami pendekatan pemecahan problem demikian, dan kita memanfaatkannya setiap kali kita menghadapi kesulitan dan kemudian kita bertanya terlebih dahulu : "apakah problem kita?" Pengetahuan tentang problem yang ada, jelas merupakan sebuah langkah penting menuju ke arah solusi problem tersebut.

Setelah kita mengidentifikasi problem tersebut, kita kemudian memikirkan solusi-solusi alternatif yang mungkin diterapkan, setelah mana kita menerapkan solusi yang menurut anggapan kita merupakan hal terbaik untuk diterapkan.

Kaitan bebas (Free Association)

Kaitan bebas merupakan pola yang keempat, yang dapat kita observasi pada proses kreatif sebaikknya dibandingkan dengan upaya menghubungkan ide, yang memusatkan perhatian pada pemikiran sadar secara rasional. Kaitan bebas menekankan nilai dari apa yang ada dipikiran bawah sadar yang seringkali bersifat tidak rasional (irrasional), di mana ide-ide dianggap dapat berlalu lalang, dan berbaur secara bebas, bebas dari sensor, dan kendala-kendala yang timbul karena logika dan kebiasaan-kebiasaan.

Pikiran manusia dianggap seakan-akan merupakan sebuah gunung es, yang bagian terbesarnya berada di bawah tingkat kesadaran manusia.

Gambar berikut melukiskan konsep tersebut, di mana terlihat sebuah kendala yang membatasi arus bebas bahan-bahan antara tingkat-tingkat (wilayah-wilayah) sadar dan tidak sadar. Disamping itu terdapat pula sebuah sensor (sebuah ide dari Sigmun Freud, penemu psikoanalisis ), yang menjadi "pintu gerbang" yang mengaitkan pikiran sadar dan pikiran di bawah sadar kita. Perhatian utama sensor tersebut adalah bahwa ide-ide yang bersifat irasional, tidak dapat diterima, aneh, tolol, irelevan, serta menakutkan, dicegah masuk ke dalam pikiran sadar.Perhatikan gambar berikut.

Konsep "Gunung Es" pikiran manusia

Para penganjur pola kaitan bebas, yakin bahwa kreativitas maksimum akan terjadi, apabila ide-ide diperbolehkan mengalir dan diekspresi tanpa disensor oleh pernyataan-pernyataan, seperti misalnya : "Hal itu bodoh sekali" "hal tersebut tidak akan berlangsung", atau " itu merupakan ide gila" kurangnya kemungkinan untuk disensor oleh orang yang bersangkutan, atau orang-orang lain, diharapkan akan merangsang arus ide-ide baik, atau yang bermanfaat, maupun ide-ide "liar". Kiranya tidak mungkin kita mencapai hal yang satu, tanpa mendapatkan hal yang lain.

Teoti kaitan bebas (The free association theory) menyatakan bahwa

kreativitas merupakan sebuah produk dari seluruh pikiran manusia, baik pikiran sadar, maupun pikiran di bawah sadar, dan bahwa pikiran di bawah sadar mungkin merupakan sumber paling kaya dari kreativitas.

Ada hal yang pedu diperhatikan sehubungan dengan pandangan kaitan bebas tersebut. Banyak orang yang mengacaukan kegiatan menyensor ide-ide serta pikiran dengan kegiatan menyensor kegiatan-kegiatan.

Kita perlu mengingat bahwa sebuah ide atau pemikiran itu sendiri, sekalipun is bersifat aneh atau "liar" tidak akan merugikan siapapun juga, hanya apabila ide-ide buruk dijadikan tindakan-tindakan maka akan timbul kerugian; oleh karenannya, adakalanya tindakan-tindakan demikian sangat merugikan orang lain, di dalam organisasi yang ada.

Maka oleh karenanya, agar supaya dapat dipertahankan disiplin di dalam sebuah organisasi, maka kegiatan-kegiatan hingga tingkat tertentu perlu disensor dan diawasi.

Jadi, dengan demikian.dapat kita, mengatakin bahwa tinclakan kaitan bebas, memiliki keuntungan, tetapi pula kerugiannya. Hanya apabila keuntungannya melebihi kerugiannya, dapatlah hal tersebut dipertimbangkan penerapannya.

Individu kreatif dan organisasi kreatif( Steiner, 1962.29)

Pada Tabel berikut Gary A. Steiner menyajikan hal-hal berikut:




Individu yang kreatif (HICKS, 1972.204-205)

Kreativitas merupakan sebuah sifat yang diberikan berbagai macam namaseperti misalaya: imajinasi, visi, injenuitas, inventivitas.

Para periset telah berupaya selama bertahun-tahun lamanya untuk mencari cara-cara menemukan calon-calon karyawan yang memiliki kemampuan kreatif dalam jumlah tertentu.

Dengan berlangsungnya waktu, mereka telah berhasil mengembangkan sejumlah teknik pengukuran yang dapat melengkapi upaya penilaian para manajer bidang personalia, para konselor serta para pihak lain yang berkaitandengan upaya mengindentifikasi orang-orang yang memiliki kemampuan kreatif luar biasa.

Pada masa lampau diasumsikan orang bahwa manusia hanya dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni: manusia kreatif dan manusia non-kreatif.

Asumsi tersebut mengurangi bakat kreatif yang tersedia bagisesuatu organisasi, karena kebanyakan anggota organisasi ditempatkan orang pada kategori non-kreatif.

Dewasa ini para pakar tentang kreativitas beranggapan bahwa unsur kreativitas hingga tingkat tertentu dimiliki oleh setiap manusia akan tetapi perlu diakui bahwa ada orang-orang yang memiliki kemampuan kreativitas dalam jumlah banyak, dibandingkan dengan orang-orang lain. Dengan demikian terlihat adanya suatu rentang luas kreativitas pelatihan dalam proses kreatif, yang memungkinkan adanya peningkatan pada kemampuan kreatif seseorang individu.

Sejumlah alat untuk menguji kreativitas (HICKS, 19 72;205-206)

Ujian-ujian kreativitas membandingkan kemampuan orang tertentu dengan kemampuan orang-orang lain, seperti halnya terjadi misalnya pada tes IQ. Tetapi, perlu diingatkan bahwa mereka tidak mengukur jumlah absolut kreativitas yang dimiliki seseorang.Hasil-hasil dari pengukuran kreativitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk membuat garis pemisah antara orang yang lebih kreatif dan orang-orang yang kurang begitu kreatif.

Orang telah mengembangkan berbagai macam cara untuk menguji kreativitas. Kiranya alat penguji yang dikembangkan oleh The Institute of Personality Assessment and Research, Berkeley, California merupakan salah satu alat penguji terbaik.

Secara singkat bagian-bagian dari ujian atau tes tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tes penggunaan yang tidak lazim (unusual use test)
Orang yang diuji diminta untuk menyajikan enam cara penggunaanyang dapat diterapkan terhadap sebuah objek biasa. Obyek yang dimaksud mungkin saja sebuah karet penghapus tulisan pencil; makin "aneh” jawaban yang disajikan oleh calon, makin tinggi skor yang diraihnya.

Salah satu jawaban "aneh" yang pernah diberikan seorang calon adalah "menghapus noda-noda minyak dari sebuah tali kipas radiator mobil".Jawaban demikian langka diberikan, dan skor yang diberikan terhadap jawaban tersebut tinggi.

2. Tes dampak (consequence)
Orang yang bersangkutan diminta untuk menulis segala macam hal yang mungkin dapat terjadi, salah satu contoh perubahan yang dimaksud adalah misalnya: "apayang kiranya terjadi, andaikata semua orang memiliki mata sinar X jawaban yang paling tidak lazim, memiliki skor paling tinggi.

3. Tes judul cerita (plot title test)
Calon yang diuji dibcd dua buah cerita singkat dan ia diminta untuk menyajikan sebanyak mungkin judul cerita tersebut. Judul-judul yang lebih "menarik"dan yang tidak lazim, mendapatkan skor tinggi.

4. Tes noda tinta (Ink blottest)
Orang yang bersangkutan diminta untuk menafsirkan sepuluh buah noda tinta (Ink Blots). Jawaban-jawaban yang diberikan diberi skor tertentu menurut infrekuensi reaksi, tetapi sekalipun demikian jawaban yang diberikan perlu diberi alasan; jawaban-jawaban yang berada terlampau di luar konteks tidak akan dianggap sebagai indikator positif tentang kemampuan kreatif.

5. Tes anagram (anagram test)
Orang yang bersangkutan diberi sebuah istilah untuk menguji seperti misalnya istilah: abreviasi (singkatan), kemudian ia diminta untuk menciptakan sebanyak mungkin kata-kata yang menggunakan istilah tersebut. Jawaban-jawaban yang menunjukkan infrekuensi yang paling kurang, diberi skor tinggi, dalam kaitannya dengan kemampuan kreativitas .

6. Tes apersepsi tematik (thematic apperception test)
Orang yang bersangkutan diberi sejumlah gambar dan kemudian ia diminta untuk menyusun sebuah cerita tentang gambar-gambar tersebut, melalui sebanyak mungkin kata; Orijinalitas mendapatkan skor tertinggi.

7. Tes penataan kembali kata-kata (wordr rearrangement test)
Orang yang bersangkutan diberi sebuah daftar kata-kata yang dipilih secara acak, dan kemudian ia diminta untuk merangkai sebuah cerita berdasarkan kata-kata tersebut. Kembali lagi di sini orijiinalitas mendapatkan skor tertinggi.

Hasil-hasil dari tes-tes tersebut ternyata sangat bermanfaat dalam hal mengukur kemampuan inventif para individu.

Sekian artikel tentang Cara Berpikir Kreatif dan Inovatif Dalam Kewirausahaan.

Daftar Pustaka
  1. Meredith, Geffrey, G,2001, Kewirausahaan Teori dan Praktek, Jakarta: PPM.
  2. Longenecker, Justin G, Carlos, W. Moore, J.William Petty, 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil, Jakarta, Salemba Empat.
  3. Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, 2004, Indeks, Jakarta.
  4. William.E. Heineck dan Jonathan Mars, 2003, Entrepreneur 25 Prinsip Jitu Untuk Mengelola Bisnis Global, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer

Posting Komentar untuk "Cara Berpikir Kreatif dan Inovatif Dalam Kewirausahaan"