Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Motivasi Individu dalam Organisasi dan Contoh Proses Motivasi

Motivasi Individu dalam Organisasi dan Contoh Proses Motivasi - Sukses bertumpu pada dua hal : kemampuan dan kemauan. Sukses belajar –misalnya-  sangat tergantung pada ketrampilan belajar yang dimiliki  dan seberapa kuat ia MAU menggunakannya.  Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda.

Motivasi memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk MAU melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.  Masalahnya, bagaimana cara memotivasi diri sendiri dan juga orang lain?

Makalah dan sajian lisan yang menyertainya ini, bertujuan memberikan pemahaman tentang motivasi : apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa, serta “memotivasi”  untuk mau menerapkannya (paling tidak untuk memotivasi diri sendiri). Tindak lanjut nyata dari kegiatan ini, oleh dan untuk diri kita sendiri,  adalah ukuran keberhasilan kegiatan ini.
Keberhasilan adalah gabungan dari kemampuan dan kemuan
Sukses adalah gabungan dari kemampuan  dan  kemauan.  Hal itu juga ditunjukkan pada  “rumus” :  P = f (a.m), yang artinya : Performance adalah fungsi dari ability dan motivation. Pintar saja tidak cukup, harus ada kemauan-motivasi untuk menggunakan kepintarannya.  Kecerdasan intelektual (IQ), masih sangat memerlukan kecerdasan emosional (EQ) untuk dapat menuai sukses.

Kita tahu, kepintaran, kemampuan, ketrampilan (ability) dapat ditingkatkan. Berbagai pelatihan, kuliah, seminar, workshop, ditujukan terutama untuk keperluan peningkatan kemampuan.  Namun, tidak  otomatis,  bahwa kemampuan  tinggi membawa kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh pada beser-kecilnya motivasi.

Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak bermakna bila mereka tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Pertanyaan penting : Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan  kemauan (motivasi) orang lain, dan terutama untuk  diri sendiri

Motivasi

Mengapa Jono  demikian giat dan rajin bekerja? Tentunya ada sesuatu yang mengerakkan kemauannya -- ada motivasi-- dalam pikirannya. Motivasi timbul  karena Jono mempunyai  alasan  (motif) untuk  bekerja lebih giat . Motif tersebut  umumnya berhubungan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai keinginannya.    Jadi, motivasi adalah  daya dorong (dalam hati-pikiran) yang menjadikan orang  mau (bahkan seringkali dengan penuh semangat)  untuk melakukan sesuatu. Untuk memperjelas perhatikan beberapa definisi berikut ini:
  • Motivasi adalah pemberian  daya penggerak (atau motif)  yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, Malayu, SP)
  • Motivation refers to the drive and effort to satisfy a want or goal (Harold Koontz)
  • Motivation is a force that result from an individual’s desire to satisfy there needs (Wayne F. Carol)
  • Motivasi secara umum didefiniskan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku (Merie J. Moskowits)

Tujuan Motivasi

Inti mempimpin adalah memotivasi. Memang, tantangan  bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya. Penelitian Willian James mengungkapkan bahwa seseorang akan dapat menggunakan hampir 80% kemampuan mereka, apabila ia termotivasi dengan baik.

Tujuan utama meningkatkan motivasi adalah untuk meningkatkan kinerja (performance).   Kinerja memang dipengaruhi oleh motivasi. Ingat bahwa, Performance merupakan fungsi dari Compenent dan Commitment.  Sedangkan komitmen yang merupakan gabungan dari konfiden (percaya diri) dan motivasi. Lebih spesifik, peningkatan motivasi  diperlukan untuk:

  • Menggairahkan dan meningkatkan semangat (bekerja, belajar, dll..)
  • Meningkat moral dan kepuasannya
  • Meningkatkan  kinerja, loyalitas, disiplin, keefektivan
  • Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
  • Menumbuhkan suasana lingkungan yang lebih kondusif
  • Mempertinggi rasa tanggung jawab,
  • dan lain-lain


Asas, Alat dan Jenis Motivasi

Motivasi timbul akibat adanya rangsangan dari luar (eksternal) . Motivasi juga dapat timbul dari dalam diri (internal). Sehingga, memotivasi orang lain, adalah kegiatan untuk menciptakan kondisi di luar diri orang tersebut, agar timbul dorongan kuat dalam diri mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu. Sedangkan memotivasi diri sendiri, artinya kita menciptakan kondisi tersebut oleh dan untuk diri sendiri.

Hal pokok yang menentukan keberhasilan dalam memotivasi orang lain adalah pada “mutu proses komunikasi” antara pemotivasi dan yang dimotivasi.  Karena itu, ada beberapa asas yang patut dijadikan  pegangan dalam memotivasi, yaitu :
  • Keikutsertaan untuk ikut serta mengambil tindakan, diajak omong, di”orang”kan. 
  • Komunikasi yang jelas dan bermutu dengan cara menjelaskan: apa, bagaimana, untuk apa, mengapa. 
  • Pengakuan yang artinya memberikan penghargaan, pujian atas prestasi 
  • Pendelegasian wewenang yang berarti pemberian kepercayaan akan kemampuan 
  • Kejujuran (apa-apa yang sudah menjadi komitmen harus ditaati, janji harus dipenuhi) 
  • Keadilan dan kelayakan dalam pemberian reward maupun punishment, 
 
Untuk menciptakan kondisi  (memotivasi) dibutuhkan “alat”. Umumnya alat itu berupa :
  • Insentif  Materiil  seperti misalnya uang, barang, rumah, dll.,   yang diberikan guna memberikan kepuasan pada  kebutuhan EKONOMIS, atau
  • Insentif  NONmaterial  seperti pemberian piagam, medali, bintang jasa, dll., guna pemberian kepuasan / kebanggaan rohani.
  • Dalam praktik kedua alat itu, sangat umum dipakai bersama-sama.

Ada dua jenis motivasi:
  • Motivasi POSITIF, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang berprestasi, diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi
  • Motivasi NEGATIF yaitu dengan memberi hukuman bagi yang bersalah, tentunya, agar mereka tidak mengulangi kesalahan.

Pemberian hukuman, memang  efektif untuk mencegah/mengurangi  kesalahan. Namun, sikap untuk tidak berbuat salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau dapat  meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik.  Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi ini digunakan dalam porsi dan waktu yang tepat! (nah  itulah  seni  dalam kegiatan memotivasi)

Motivasi Individu dalam Organisasi dan Contoh Proses Motivasi_
image source: eprofits.com
baca juga: Pengertian dan Contoh Teori Organisasi Menurut Para Ahli

Model, Proses dan Kendala  Motivasi

Sedikitnya ada tiga model motivasi, yakni :
  • Model MENG-HADIAH-I yaitu  menggunakan anggapan  bahwa makin banyak hadiah diberikan, akan makin berprestasi orang itu.  Hati-hati, jangan-jangan hal itu justru hanya akan membawa motivasi mereka sekedar mengejar hadiah (bukan pada tujuan utama  yang diharapkan)  dan begitu hadiah berhenti, berhenti pula prestasi.
  • Model MENG-ORANG-KAN yaitu dengan memberi pengakuan atas kebutuhan sosial dan membuat orang merasa dihargai, dan merasa penting dan berguna. (Karena mereka memang penting dan berguna..!)
  • Model MEMPERCAYAI yaitu dengan memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Anggapan dari model ini adalah,  orang akan termotivasi tidak hanya karena insentif uang/barang, atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Orang akan puas bila ia mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk membuktikan dirinya, bahwa ia telah bekerja baik. 
  • Model berikutnya, tentu saja, model gabungan dari dua atau tiga model di atas.

Sebagaimana suatu kegiatan pada umumnya, memotivasi juga menuntut serangkaian proses yang dimulai dari penetapan tujuan sanmpai dengan melakukan evaluasi, yang terurai sebagai berikut:
  • Tetapkan TUJUAN, apabila tujuan motivasi tersebut untuk mendukung ketercapaian tujuan organisasi, maka harus jelas apa tujuan -kelompok, organisasi- yang akan dicapai.
  • Carilah dan ketahui KEPENTINGAN orang dan kelompok yang akan dimotivasi (Dapatkan dan ketahui kepentingan mereka guna menetapkan alat, waktu, cara  guna mendukung ketercapaian tujuan)
  • Lakukan KOMUNIKASI untuk menjelaskan apa yang akan dicapai, syarat untuk mencapai, insentif yang akan diterima dan lain yang intinya  adalah memaparkan dengan baik dan jelas kebutuhan dan keinginan apa yang akan didapat dari suatu kegiatan.
  • Karena tujuan, kepentingan, kebutuhan organisasi dengan orang-kelompok tidak selalu sama, maka perlu ada peng-integrasi-an TUJUAN yaitu menyamakan  tujuan organisasi dan pribadi-pribadi yang akan mendukungnya.
  • Sediakan dan gunakan  ALAT MOTIVASI, pilih macam insentif yang digunakan, pakai dengan baik, tepat waktu, tepat orang.
  • Tingkatkan KERJASAMA TIM, dan lakukan evaluasi. 

Ada kendala dalam kegiatan memotivasi. Kendala utamanya adalah :
  • Masing-masing individu mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda. Persepsi orang pada obyek yang sama sangat sering berbeda. Latar belakang pendidikan, budaya, ekonomi, sosial, pengalaman, dan banyak faktor lain, menjadikan orang berbeda-beda. 
  • Motivasi internal (yang sudah ada dalam diri) untuk suatu tindakan/kondisi tertentu, juga berbeda-beda pada orang-per orang 
  • Alat motivasi (insentif) membutuh dana, waktu dan tenaga… yang tidak sedikit. 
  • Selain itu, penentuan kriteria adil dan layak, tidak terlalu mudah untuk mengukurnya. 
 Tetapi di antara kendala dan perbedaan perbedaan di atas, ADA KESAMAAN DALAM KEBUTUHAN MANUSIA   (setiap manusia  ingin hidup dan untuk hidup perlu makan, manusia normal juga mempunyai harga diri). Kesamaan yang berlaku umum itu, dapat diketahui dari teori-teori motivasi yang telah banyak dikembangkan oleh para pakar.

Teori-Teori Motivasi
Teori motivasi pada hakekatnya membahas mengapa dan bagaimana orang terlibat dalam perilaku kerja tertentu. Teori motivasi berkembang dari waktu ke waktu.

(a) Teori Jenjang Kebutuhan.

Abraham H. Maslow bapak psikologi modern, mengembangkan Teori Jenjang Kebutuhan. Intinya setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang dapat digolongkan menurut urutan prioritas.
  • Pertama, kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan yang paling mendasar berkaitan langsung dengan keberadaan atau kelangsungan hidup manusia, seperti pangan, sandang dan papan.  Pemenuhan kebutuhan fisiologis ini biasanya dilakukan dengan mempergunakan uang sebagai sarana.
  • Kedua, kebutuhan Rasa Aman. Bentuk dari kebutuhan rasa aman yang paling umum adalah keinginan manusia untuk terbebas dari bahaya yang mengancam kehidupannya. Penanganan terhadap kebutuhan rasa aman ini, dapat dilakukan dengan cara positif yaitu melalui berbagai macam program seperti asuransi, pensiun, dll. atau dengan cara negatif yaitu dengan penetapan berbagai macam sanksi seperti teguran, pemindahan bahkan pemecatan.
  • Ketiga, kebutuhan Sosial. Manusia adalah makhluk sosial sehingga suka bahkan butuh berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari yang lain. Motivasi untuk berafiliasi seperti itu tidak selalu demi persahabatan namun dapat juga untuk mengkofirmasikan keyakinannya.
  • Keempat, kebutuhan Penghargaan. Melalui berbagai macam upaya, orang ingin dirinya dipandang penting. Hal ini merupakan salah satu contoh dari kebutuhan penghargaan ini. Banyak orang memenuhinya dengan melalui macam-macam simbol status kebendaan yang secara mencolok segera dapat diketahui; yang lain merupakan prestasi pribadi. Namun demikian kebutuhan akan prestise ini pada dasarnya memiliki batasan tertentu. Apabila seseorang merasa telah sampai pada tingkat yang dianggap “puncak”, maka persoalannya bukan lagi peningkatan melainkan bagaimana mempertahankannya.
  • Kelima, kebutuhan Aktualisasi Diri[1]. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi, namun paling kurang dipahami. Pada hakekatnya kebutuhan ini mendorong orang untuk mampu melakukan apa yang dia mampu lakukan dalam perwujudan diri yang terbaik. Pengalaman masa lalu, baik berupa keberhasilan maupun kegagalan, sangat besar pengaruhnya terhadap aktualisasi diri. Kompetensi dan prestasi merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan kebutuhan ini.

Pada teori Maslow ini ada dua prinsip. Mendasarkan diri pada kedua prinsip inilah, mekanisme kerja teori ini dapat dipahami. Kedua prinsip itu adalah sebagai berikut:
  • Prinsip Kekurangan (The Deficit Principles); Yang dapat menjadi motivator perilaku hanyalah kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.  Kebutuhan yang sudah dipenuhi tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Seorang individu akan berperilaku  dengan cara tertentu dalam upaya memenuhi atau memuaskan kebutuhannya. Suatu kebutuhan akan  timbul bila orang merasa ada “kekurangan”
  • Prinsip Peningkatan (The Progression Principle); Kebutuhan mengikuti prioritas. Kebutuhan pada jenjang tertentu tidak akan bekerja aktif sebelum kebutuhan pada jenjang di bawahnya terpenuhi terlebih dahulu. Dalam rangka mencapai pemenuhan berbagai macam kebutuhan tersebut, orang akan bergerak dari jenjang kebutuhan yang rendah, selangkah demi selangkah menaiki jenjang tersebut hingga yang tertinggi yaitu aktualisasi diri.

(b)  Teori  ERG  (Existence, Relatedness, Growth)

Clayton Alderfer memodifikasi Teori Maslow dengan pengurangan dari lima tingkatan menjadi tiga tingkatan, yaitu : kebutuhan eksistensi (Existence), hubungan (Relatedness) dan pertumbuhan (Growth), disingkat ERG. Kebutuhan eksistensi ini mencakup kebutuhan fisiologis dan keamanan, selanjutnya kebutuhan hubungan sama dengan kebutuhan sosial, sedangkan kebutuhan pertumbuhan mencakup kebutuhan penghargaan serta aktualisasi diri.

Ada dua perbedaan mendasar.  Pertama, Alderfer mengungkapkan tentang proses “satisfaction-progression”. Kedua, pada suatu saat memungkinkan terjadinya aktivitas lebih dari satu macam kebutuhan. Dengan perkataan lain, seorang individu mungkin saja pada satu saat berusaha memenuhi beberapa kebutuhannya secara simultan.

(c ) Teori Kebutuhan  McCLELAND

Teori ini disebut juga teori Prestasi (Achievement Theory). Apabila Teori Maslow menekankan pada jenjang kebutuhan yang sudah ada dalam diri seseorang sejak ia lahir, maka David McCleland  menekankan bahwa kebutuhan seseorang itu terbentuk melalui proses belajar dan diperoleh dalam interaksinya dengan lingkungan. Walaupun di antara kedua macam kebutuhan tersebut terdapat hubungan yang erat, namun McCleland percaya bahwa lingkungan berperan sekali terhadap kekuatan setiap macam kebutuhan; lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa aktivitas belajar dan latihan di masa lalu memberi dampak serta memodifikasi kebutuhan yang ada dalam diri seseorang.

Pendekatan McCleland terhadap motivasi ini menekankan pentingnya tiga macam kebutuhan, yaitu:

  1. Need for Achievement (nAch); Kebutuhan akan prestasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien, memecahkan masalah, atau menguasai tugas yang sulit.
  2. Need for Power (nPow); Kebutuhan akan kekuasaan yaitu keinginan untuk mengawasi atau mengendalikan orang lain, mempengaruhi perilaku mereka, atau bertanggung jawab atas orang lain.
  3. Need for Affiliation (nAff).Kebutuhan akan afiliasi yaitu keinginan untuk membangun dan memelihara hubungan yang bersahabat dan hangat dengan orang lain.


Menurut McCleland, orang mengembangkan ketiga macam kebutuhan tersebut dari waktu ke waktu sebagai hasil dari pengalaman hidup pribadinya masing-masing.. Preferensi kerja yang ada dalam diri seseorang ditentukan oleh macam kebutuhan yang dominan.

(d)  Teori Harapan

Pencetus Teori Harapan ini adalah Victor H. Vroom yang mengungkapkan: Bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja  giat  tergantung dari hubungan timbal balik  antara apa yang  ia inginkan  dan butuhkan  dari hasil kegiatan itu.

Berapa besar ia yakin  “perusahaan” akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya itu.  Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasan, maka ia akan bekerja keras pula dan sebaliknya.

Teori ini menyatakan bahwa Kinerja (performance) sangat dipengaruhi oleh Abilitas dan Motivasi. Sering ditulis :   P = f (M x A).   Sedangkan Motivasi merupakan fungsi dari Harapan (E),  Nilai (V)  dan  Instrumentality (I, yaitu presepsi pertauan antara hasil sebelumnya dengan hasil kemudian). Yang ditulis dalam “rumus” :    M= f  (V1 x E),     V1 = f  (V2 x I)

Berdasar teori-teori di atas, dapat dihimpun beberapa prinsip dasar dalam melakukan motivasi :  (a) Perilaku berganjaran cenderung akan diulangi, (b) Faktor motivasi yang dipergunakan harus diyakini yang bersangkutan, dan standar kinerjanya dapat dicapai, ganjaran yang diharapkan harus ada, memang akan memuaskan kebutuhan. (c) Memberi ganjaran atas perilaku yang diinginkan adalah lebih efektif dari pada menghukum perilaku yang tidak dikehendaki, (d) Perilaku tertentu lebih “reinforced” apabila ganjaran atau hukuman diberikan secepat (sesegera) mungkin, akan lebih bermakna dibandingkan dengan yang ditunda, (e) Motivasi akan lebih tinggi bila  ganjaran atau hukuman yang diantisipasi sudah pasti akan terjadi,  dibandingkan dengan yang masih bersifat kemungkinan, (f) Motivasi akan lebih tinggi dari ganjaran atau hukuman  yang berakibat pada pribadi dibandingkan dengan yang organisasional.

Langkah dalam memotivasi  orang lain, yang disarankan adalah  (a) Kenali baik-baik anggota organisasi anda dan identifikasi pola kebutuhan mereka, (b) Tetapkan sasaran yang harus dicapai berdasarkan prinsip-prinsip penetapan sasaran yang tepat., (c) Kembangkan sistem pengukuran “performance” yang reliable dan berikan umpan balik kepada mereka secara berkala, (d) Tempatkan anggota organisasi pada pekerjaan berdasarkan kemampuan dan  bakat yang dimiliki, (e) Beri dukungan dalam penyelesaian tugas, misalnya lewat pelatihan dan menumbuhkan “sense of competence”., (f) Kembangkan sistem ganjaran yang adil, dan (g) Berlakulah adil, obyektif dan jadilah teladan.

Memotivasi Diri Sendiri

Memberi motivasi  --apalagi memotivasi orang lain--- bukanlah hal mudah.. Karena itu, mengapa tidak memulai dengan memotivasi diri sendiri. Kita akan lebih “gairah” bila kita termotivasi. Dan itu akan meningkatkan mutu diri.

Mulailah memotivasi diri dengan  hal yang sederhana. Misalnya untuk meningkatkan motivasi diri sendiri  dalam belajar.

Kita tahu bahwa sukses belajar, tergantung pula pada dua faktor : ketrampulan belajar dan motivasi (kemauan) belajar.  Ketrampilan  yang dibutuhkan untuk belajar  antara lain :
  1. Keterampilan dalam membuat catatan. Kegiatan utama dalam belajar adalah mendengar dan membaca informasi. Untuk itu harus dipunyai keterampilan agar mampu menjadi pendengar dan pembaca yang cerdas dan efektif. Untuk itu kita harus terampil dalam  membuat catatan. Saat ini, sebagian dari Anda tampak seperti membuat catatan-catatan.  Bila dilihat dari hasil catatan yang Anda buat, bermacam-macam modelnya.  Ada yang mencacat rapi hal-hal penting, ada yang berupaya mencacat sebanyak mungkin informasi, ada pula yang catatannya seperti coretan dan penuh gambar, dan lain-lain.  Model cacatan yang mana yang paling baik untuk Anda? Andalah yang dapat menjawabnya. Namun menurut DePorter dan Hernacki (1992) ada teknik mencatat yang efektif (bahkan dikatakan sebagai teknik mencacat tingkat tinggi), yaitu  menggunaan  peta pikiran (atau pada beberapa referensi disebut sebagai peta kognitif, concept mapping). Melalui peta pikiran dapat dibuat suatu catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Menggunakan berbagai simbol visual dan tanda-tanda lain, cacatan model peta pikiran mampu meningkatkan pemahaman dan  Di  samping menggunakan model peta pikiran, ada banyak cara lain untuk melakukan cacatan, seperti misalnya model Catat:TS (lihat Quatum Learning 1992: 162-166), model tulang-ikan, model tabel, model bagan alir dan lain-lan.
  2. Keterampilan belajar lain yang sangat diperlukan adalah: keterampilan menjadi pendengar yang cerdas. Tidak sukar untuk menjadi pendengar yang baik, asal duduk tenang, tersenyum, dan sedikit membuat cacatan, kiranya telah dapat disebut pendengar yang baik. Tetapi sekedar menjadi pendengar yang baik tidaklah cukup.  Anda harus menjadi pendengar yang cerdas.  Ciri pendengar yang cerdas adalah  (a) sikap fisiknya mengekspresikan semangat dan perhatian terhadap pembicara, (b) selama mendengar  mengupayakan mengkaitkan secara bermakna informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dipunyainya,  (c) sambil mendengarkan membuat pertanyaan-pertanyaan terhadap informasi yang didengarnya, dan (d) berupaya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tanya-jawab, diskusi atau demontrasi bila dilakukan.
  3. Keterampilan berikutnya adalah : keterampilan membaca cepat dan akurat. Banyak buku tentang teknik membaca, dan bagaimana meningkatkan kemampuan membaca.  Upayakan membaca salah satu di antara buku-buku tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk menjadi pembaca yang efektif adalah : (a) jangan membaca kata-demi kata, bacalah kalimatnya, bacalah gagasan-gagasannya.  (b) baca lebih dulu, secara selintas isi keseluruhan buku atau bab yang akan dibaca, untuk mendapat gambaran umum tentang isi bacaan, gunakan daftar isi, atau ringkasan bila tersedia, (c) gunakan jari atau benda lain sebagai penunjuk, (d) buat cacatan-catatan selama atau pada akhir membaca –gunakan misalnya model peta pikiran-  dan kemudian rangkumlah isi bacaan dan gunakan ‘pengingat’
  4. Keterampilan berkomunikasi, mencari dan menghimpun informasi, merupakan keterampilan penting lain untuk belajar.  Keterampilan ini merupakan gabungan dari (a) kemampuan memakai sumber-sumber informasi –perpustakaan, internet, CD-Rom, (b) kemampuan berbahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan (berbincang santai, bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan pidato, dll)  maupun tertulis (membina sahabat pena, mengirim e-mail, dll)., (d) kerapihan dan ketertiban dalam mendokumentasi, dan menyimpan  informasi, (perlunya sistem arsip, pengkodean, dll)
  5. Keterampilan mengingat sangatlah penting dalam belajar. Dalam perkuliahan banyak hal yang wajib kita ingat. Karena daya ingat kita tidak sama, maka berbagai cara digunakan agar kita tidak melupakan sesuatu. Di antaranya yang paling kita kenal adalah penggunaan Singkatan-Akronim (misalnya: syarat skripsi harus APIK – yang merupakan singkatan dari Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten, ingat bagaimana cara Anda untuk menghafal warna pelangi?). Banyak cara lain untuk meningkatkan daya ingat, seperti misalnya : analogi, sistem cantol, metode lokasi, gunakan asosiasi, jembatan keledai, dll.
  6. Keterampilan bertanya, agar berhasil, perlu berani bertanya. Karena dalam perkuliahan pasti terdapat banyak hal yang dapat dipertanyakan dan terlebih lagi tidak ada pertanyaan yang jelek. Kemampuan untuk bertanya, memang harus dilatih.  Untuk itu (a)  biasakan membuat  1-2 buah pertanyaan, baik dalam hati, ditulis, ataupun langsung disampaikan dalam setiap kegiatan mengikuti kuliah, membaca buku, mendengarkan seminar, dll, (b) himpunlah pertanyaan dan jawaban yang pernah Anda dapat dari topik permasalahan yang dikaji, (c) cobalah menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa lain (meskipun di dalam hati)

Tentu saja masih banyak keterampilan belajar lain. Namun  apa yang diuraikan di atas  adalah keterampilan penting yang harus dipelajari dan digunakan sejak  saat ini. Jangan segan untuk berlatih. Hasilnya memang tidak segera, tetapi pasti.


Keterampilan Belajar :
  • Mencacat dengan cermat 
  • Mendengar dengan cerdas 
  • Membaca dengan akurat 
  • Berkomunikasi dan mengimpun informasi dengan efektif 
  • Mengingat dengan tepat 
  • Bertanya dengan bangga 


Namun, keterampilan di atas menjadi tidak bermakna BILA kita tidak mau menerapkannya. Bila tidak ada dorongan (motivasi) dalam diri kita untuk belajar.
Nah bagaimana cara kita memotivasi diri, untuk (lebih bersemangat) belajar?  Berikut beberapa saran:
  1. Mengetahui manfaat yang akan didapat, motivasi belajar akan meningkat. Kehendak belajar akan muncul, apabila kita tahu  apa  manfaat yang akan diperoleh dari hal yang dipelajari. Untuk itu, setiap kali akan belajar, ketahui terlebih dahulu apa untungnya mempelajari hal itu. Tanyakan manfaat matakuliah kepada dosen anda.  Atau  buat, ciptakan  sendiri dalam pikiran  Anda hal-hal yang menyenangkan yang akan Anda dapat dari belajar sesuatu.  Misalnya, belajar bahasa, pikirkan manfaat yang akan dapat Anda peroleh
  2. Semangatkan pikiran melalui gerakan, sikap tubuh, dan mimik wajah yang penuh enersi. Motivasi yang telah muncul, harus diperkuat dengan pikiran yang bersemangat. Untuk itu buatlah aktivitas fisik yang juga bersemangat.  Bagaimana mungkin, pikiran akan bersemangat, bila  Anda duduk loyo, bertopang dagu, bermata sayu. Semangatkan fisik Anda. “pasang” mimik muka Anda menjadi mimik muka orang paling cerdas, duduklah dengan percaya diri, berdirilah  dengan tegap.  
  3. Anda dituntut kreatif, mulailah dari tatanan kamar belajarAnda.Bersamaan dengan itu ciptakan lingkungan belajar yang membangkitkan gairah. Bila  Anda menyukai, dengarkan musik lembut sambil  belajar, pasang  foto pacar  (atau foto orang tua, atau foto Anda sendiri waktu berhasil mendaki gunung Semeru,)  di meja belajar, buatlah hati Anda bangga dan gembira. Pokoknya,  tatalah ruang belajar Anda  semau Anda. Yang penting Anda makin krasan, gairah dan asyik untuk belajar.  
  4. Terapkanlah pikiran rasional: bahwa  yang paling berperan, paling bertanggung jawab, paling  mampu untuk merubah kualitas diri, adalah diri sendiri. Anda juga dituntut menjadi seorang yang bersikap positif. Terapkan mulai sekarang. Jangan melihat sesuatu dari segi jeleknya saja, jangan selalu mengeluh, jangan menarik perhatian dengan membuat orang kasihan pada diri Anda. JANGAN.  Mulai berpikir dan bertindak positif. Kegagalan (yang boleh terjadi) adalah sukses yang tertunda. Setiap musibah pasti ada hikmahnya. Setiap pribadi pasti mempunyai sisi yang baik dan bermanfaaat.
  5. Jangan lupa berdoa, Jangan lupa untuk selalu memohon perkenan, bantuan, ijin dalam mencari pengetahuan dan kebijaksanaan dari Yang Maha Berpengetahuan dan Yang Maha Bijaksana.
  6. Anda dapat menambah macam kegiatan lain, yang mampu memotivasi diri Anda sendiri…….(misalnya berikan hadiah dari anda untuk anda, bila satu kegiatan telah anda lakukan dengan baik, dll)

Ringkasnya, sukses belajar harus dimulai dari kemauan  untuk  menerapkan ketrampilan-ketrampilan belajar.  Jadi, kembali GABUNGAN  dari mampu dan mau, merupakan pangkal sukses.


  • Jangan tinggalkan doa 
  • Ketahui manfaat apa yang dipelajari 
  • Semangatkan pikiran melalui fisik 
  • Ciptakan lingkungan belajar yang asyik 
  • Besikap dan berpikir positif dan rasional 
  • Kemauan (MOTIVASI untuk) belajar 

Rangkuman

Sukses bertumpu pada dua hal : kemampuan dan kemauan. Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda. Motivasi memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk MAU melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.

Teori motivasi menyatakan :  (a) Perilaku berganjaran cenderung diulangi, (b) Faktor motivasi yang dipergunakan harus diyakini, standar kinerjanya dapat dicapai, ganjaran harus ada,  dan akan memuaskan kebutuhan. (c) Ganjaran atas perilaku yang diinginkan lebih efektif dari pada menghukum, (d) Perilaku lebih “reinforced” apabila ganjaran atau hukuman diberikan sesegera mungkin, (e) Motivasi akan lebih tinggi bila  ganjaran atau hukuman sudah pasti akan terjadi, (f) Motivasi akan lebih tinggi dari ganjaran atau hukuman  yang berakibat pada pribadi..
Memotivasi  --apalagi memotivasi orang lain--- bukanlah hal mudah.. Karena itu, mengapa tidak memulai dengan memotivasi diri sendiri. Itu akan meningkatkan mutu diri.  Mulailah memotivasi diri dengan  hal yang sederhana. ( misalnya untuk meningkatkan motivasi diri sendiri  dalam belajar).

Sekian artikel tentang Motivasi Individu dalam Organisasi dan Contoh Proses Motivasi. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  1. Griffin, Ricky W and Ebert, Ronald J, 2006. Business, 8th edition, Pearson Education Inc, New Jersey
  2. Madura, Jeff. 2007. Introduction to Business. 4th South-Western College Publishing, USA
  3. Robbins, S. And Coulter, M. 2002. Management. 7th Prentice Hall, Inc. Upper Sadle River, New Jersey
  4. Griffin, Ricky W. 2005. Fundamental of Management. 4th Houghton Mifflin Company
  5. Daft, Richard. 2003. Manajemen. Eisi ke-5 Jilid 1 dan 2. Erlanggan, Jakarta
  6. Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Edisi Revisi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta
    [1] Menurut Stephen R. Covey, Maslow  merevisi dan mengakui bahwa aktualisasi diri  bukanlah kebutuhan tertinggi, ada lagi yang lebih tinggi yaitu self trancendence. Artinya, hidup itu punya suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya. 
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer