Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Produktivitas, Teori dan Contoh Menurut Para Ahli

Pengertian Produktivitas, Teori, dan Contoh Menurut Para Ahli - Istilah produktivitas mempunyai arti yang berlainan untuk setiap orang. Misalnya saja berarti : lebih banyak hasil dengan mempertahankan biaya tetap, mengerjakan segala sesuatu dengan benar, bekerja lebih cerdik dan lebih keras, mengoperasikan secara otomatis untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih banyak dan sebagainya.

Istilah produktivitas berbeda dengan produksi walaupun hal ini dianggap sama oleh sebagian orang. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan sebagai volume produksi, sedangkan produktivitas berkenaan dengan efisiensi penggunaan sumber dalam menghasilkan barang atau jasa, atau dengan kata lain produktivitas adalah suatu tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan.

Istilah atau kata produktivitas pada awalnya muncul sekitar tahun 1766 dalam artikel yang berjudul “The school of physiocraft” oleh Francois Quesnay, seorang ekonom Perancis. Sedangkan produktivitas sebagai konsep dengan keluaran dan masukan sebagai elemen utama, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo sekitar tahun 1810. inti konsepnya adalah bagaimana keluaran akan berubah apabila besaran masukan berubah.

Konsep produktivitas perlu diketahui agar kita tidak salah dalam mengartikan hasil yang dicapainya. Definisi-definisi produktivitas menurut sebagaian para ahli dapat dilihat dibawah ini :
  1. Peter F Drucker mengemukakan definisi bahwa : “Produktivitas adalah keseimbangan antara seluruh faktor-faktor yang akan memberikan keluaran yang banyak melalui pengeluaran yang lebih hemat”,
  2. Paul Mali mengemukakan definisi bahwa : “Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan beberapa efisien sumber yang digunakan bersama didalam organisasi untuk memperoleh sekumpulan hasil”,
  3. Organization For European Economic Coorporation pada tahun 1950 mengajukan definisi produktivitas sebagai berikut : “Produktivitas adalah rasio antara keluaran dengan salah satu dari faktor-faktor produksi, yaitu modal, investasi, atau bahan baku”.
  4. Webster mengemukakan definisi bahwa : “Produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produksi dengan tingkat efektivitas dari manajemen industri dalam penggunaan fasilitas produksi, serta tingkat efektivitas dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan”.
  5. Jackson Grayson mengemukakan definisi bahwa : “Produktivitas adalah sesuatu yang diperoleh melalui kegiatan tertentu dari sesuatu yang dimasukkan”.
  6. Dewan Produktivitas Nasional mendefinisikan bahwa : “Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan untuk itu”.

Pengertian Produktivitas, Teori dan Contoh Menurut Para Ahli_
image source: lifehack.org
baca juga: Pengendalian dalam Organisasi dan Contoh Proses Pengendalian Manajemen

Pengertian Produktivitas

Dari definisi-definisi tersebut dapat dipisahkan menjadi dua pengertian. Pengertian pertama adalah menyatakan bahwa produktivitas berhubungan dengan suatu kumpulan-kumpulan hasil-hasil. Didalam pengertian ini menunjukkan efektivitas dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan pengertian kedua menyatakan bahwa produktivitas berhubungan dengan penggunaan sumber daya. Pengertian ini menunjukkan jumlah, tipe, dan tingkat dari sumber daya yang dibutuhkan atau menunjukkan suatu efesiensi dalam menggunakan sumber-sumber daya yang digunakan.

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan dan Efisiensi adalah ukuran kehematan penggunaan sumber. Produktivitas dicapai dengan hasil yang sebesar mungkin dengan memakai sumber-sumber sehemat mungkin. Hubungan ketiganya adalah sebagai berikut :


Sebenarnya kombinasi diatas tidak sepenuhnya benar, karena dari persamaan di atas seolah-olah menunjukkan bahwa produktivitas dapat ditingkatkan dengan menurunkan efisiensi. Hal ini tentu saja tidak logis. Mungkin ini dapat dihindari dengan menyatakan indeks produktivitas sebagai berikut (Sumanth ,1985 : 6):


dimana f dan F adalah fungsi-fungsi tertentu.

Dari definisi diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan dari beberapa keluaran dengan beberapa masukan. Yang dimaksud dengan Keluaran adalah hasil yang dimanfaatkan bagi manusia yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang bentuknya dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan Masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut.

Dengan demikian, meningkatkan produktivitas dengan memperbesar rasio produktivitas dapat dicapai dengan :
  1. Pengurangan pengggunaan sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama. Dalam hal ini perusahaan menambah keluaran produksinya, tetapi sumber-sumber yang digunakan lebih irit dengan menghilangkan segala macam pemborosan.
  2. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar. Dalam hal ini peningkatan produktivitas dicapai dengan bekerja lebih cerdik dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi semaksimal mungkin.
  3. Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi. Dalam hal ini perusahaan tumbuh dan berkembang yang dicirikan melalui hasil penjualan dan produksi yang terus membesar dibandingkan dengan penambahan investasi dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
  4. Pengurangan jumlah produksi dengan pengurangan jumlah sumber daya yang jauh lebih besar. Dalam hal ini perusahaan mengalami jumlah penurunan jumlah penjualan atau produksi sehingga penggunaan sumber-sumber dan biaya harus lebih diperketat lagi.
  5. Pengunaan sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar. Dalam hal ini peningkatan produktivitas dicapai apabila perusahaan mengerahkan seluruh kemampuan dengan bekerja lebih efektif dalam menghasilkan keluaran sementara biaya-biaya yang dikeluarkan ditekan serendah mungkin.

Dari beberapa definisi diatas, terlihat bahwa pengertian produktivitas memang bermacam-macam, tergantung dimana dipergunakannya dan dalam konteks apa.

Ruang Lingkup Produktivitas

Pandangan tentang produktivitas untuk keperluan definisi dan pemakaian tidaklah sama dan konsisten. Menurut David J Sumanth ada empat ruang lingkup produktivitas, yaitu :


1. Ruang Lingkup Nasional
Memandang negara secara keseluruhan. Disini diperhitungkan faktor-faktor secara sederhana seperti buruh, modal, manajemen, bahan mentah dan sumber-sumber lainnya sebagai keluaran yang mempengaruhi barang-barang dan jasa.

Pada lingkup nasional ini, estimasi dari pengukuran produktivitas ini digunakan untuk meramalkan pendapatan nasional dan keluaran nasional pada suatu waktu. Produktivitas digunakan untuk membandingkan kekuatan kompetisi dari beberapa industri pada situasi ekonomi nasional yang berbeda.

Produktivitas pada lingkungan nasional digunakan sebagai indeks pertumbuhan, terutama produktivitas tenaga kerja. Kenaikan produktivitas nasional tenaga kerja menggambarkan jumlah barang dan jasa yang tinggi per pekerja dibandingkan sebelumnya, sehingga merupakan potensitas pendapatan nyata per pekerja yang tinggi. Negara yang mempunyai tingkat upah yang tinggi cenderung mempunyai produktivitas tenaga kerja yang tinggi.

Produktivitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi harga dan upah. Kenaikan upah nyata pada beberapa negara berkaitan erat dengan besarnya kenaikan produktivitas tenaga kerja dinegara tersebut. Kenaikan pada produktivitas tenaga kerja atau parsial lainnya biasanya menyebabkan turunnya ongkos sehingga upah dapat ditingkatkan.

2. Ruang Lingkup Industri
Disini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama, misalnya industri penerbangan, minyak, baja, pendidikan, kesehatan, transportasi dan lain sebagainya.

Pengukuran produktivitas lingkup industri mempunyai keuntungan sebagai berikut :
  • Sebagai indikator ekonomi
  • Sebagai analisis tenaga kerja yang meliputi perubahan penggunaan tenaga kerja, proyeksi tenaga kerja masa yang akan datang, kecenderungan ongkos tenaga kerja, dan pengaruh teknologi maju.
  • Sebagai analisis unjuk kerja perusahaan dengan membandingkan industri yang sejenis.
  • Sebagai peramalan pola pertumbuhan industri dan kondisi masa yang akan datang.

3. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi.

Dalam suatu perusahaan atau organisasi ada pengaruh hubungan antar faktor. Produksi yang dibuat dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau dibandingkan dengan perusahaan lainnya untuk meraba efisiensi perusahaan tersebut.
Kemampuan laba, tingkat pengembalian modal, atau pemenuhan anggaran dapat memberikan ukuran bagaimana semua sumber diolah dapat memberikan ukuran bagaimana sumber-sumber diolah untuk sampai pada keluaran. Dalam suatu organisasi produktivitas tidak ditentukan dari bagaimana keras dan baiknya buruh bekerja.

4. Ruang Lingkup Perseorangan.

Produktivitas perseorangan ditentukan oleh lingkungan kerja serta ketersediaannya alat, proses, dan perlengkapan. Disini timbul faktor baru yang tidak dapat diukur mudah, yaitu motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok dimana individu termasuk, pengaruh kelompok dengan kelompok lain, dan alasan mengapa seseorang bekerja.
 Jenis-Jenis Produktivitas

Pendefinisian produktivitas dapat bermacam-macam bergantung pada konteks apa ia dibicarakan, apakah ahli ekonomi, akuntan, manajer, politikus, atau ahli teknik industri. Namun demikian pada dasarnya ada tiga jenis dasar produktivitas (Sumanth, 1985 : 7), yaitu :

1. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial adalah rasio keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh: produktivitas tenaga kerja (rasio keluaran terhadap masukan tenaga kerja), produktivitas modal (rasio keluaran terhadap masukan modal), dan produktivitas bahan (rasio keluaran terhadap masukan bahan).

2. Produktivitas Total Faktor
Produktivitas dua faktor adalah rasio keluaran bersih terhadap jumlah masukan faktor tenaga kerja dan faktor modal. Yang dimaksud dengan keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli.

3. Produktivitas Total
Produktivitas total adalah rasio keluaran total terhadap semua faktor masukan. Dengan demikian, pengukuran produktivitas total mencerminkan pengaruh bersama dari semua masukan dalam menghasilkan keluaran.

Siklus Produktivitas

Program Produktivitas bukanlah suatu program yang sekali jalan, akan tetapi merupakan program yang berkesinambungan. David J. Sumanth mengemukakan konsep siklus produktivitas yang dikenal sebagai siklus MEPI.

Konsep ini terdiri dari empat tahap yang saling berkaitan dan berkesinambungan (Sumanth, 1984:47),  yaitu :
  1. Productivity Measurement (Pengukuran Produktivitas)
  2. Productivity Evaluation (Evaluasi Produktivitas)
  3. Productivity Planning (Perencanaan Produktivitas)
  4. Productivity Improvement (Perbaikan Produktivitas).
Keempat unsur diatas merupakan suatu siklus yang harus dilakukan berkesinambungan dan berulang guna mendapatkan manfaat yang optimal. Secara skematis dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.1. Siklus Produktivitas
(Sumber : David J. Sumanth, 1985 “Productivity Engineering and Management”, p:48)

Berdasarkan siklus produktivitas, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran dapat dipergunakan dan dikembangkan dari memilih indikator pengukuran yang sederhana sampai yang lebih kompleks dan komprehensif. Pengukuran ini dilakukan pertama kali untuk memberikan hasil atau informasi kepada kita, sejauh mana tingkat penurunan atau kenaikan produktivitas yang ada pada perusahaan tersebut.

Apabila produktivitas dari sistem industri tersebut telah diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual (hasil pengukuran) itu untuk dibandingkan dengan rencana/tujuan yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebabnya yang dapat menimbulkan kesenjangan tersebut. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas secara kontinyu. siklus produktivitas tersebut diulang kembali secara terus-menerus untuk mencapai peningkatan produktivitas yang terus-menerus dalam sistem industri.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Secara garis besar ada 12 faktor yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas (Sumanth, 1985 : 25), yaitu :
  1. Investasi, besar kecilnya akan menentukan modal usaha dan akan berpengaruh terhadap usaha untuk mempromosikan produk, market share atau penggunaan kapasitas.
  2. Rasio kapital Buruh, bila rasio tinggi dapat juga diartikan bahwa perusahaan memakai teknologi tinggi, sehingga jumlah produksi per unit waktu meningkat.
  3. Penelitian dan Pengembangan, dengan menghasilkan inovasi-inovasi yang dapat memperbaiki keadaan produksi di pabrik.
  4. Pemakaian Kapasitas, besar kecilnya keluaran per jam ditentukan oleh persentase pemakaian kapasitas.
  5. Peraturan pemerintah, berguna untuk mengatur keseimbangan pencapaian sasaran industri dan sasaran sosial yang umumnya selalu bertentangan.
  6. Umur pabrik dan peralatan, tingkat rata-rata umur pabrik dan peralatan yang semakin tinggi menandakan adanya usaha modernisasi peralatan masih tetap dilakukan.
  7. Ongkos energi.
  8. Kerja kelompok, dengan adanya pergeseran struktur pekerja dari pekerja pabrik menjadi pekerja yang mengandalkan pengetahuan maka semakin dibutuhkan adanya kerjasama, keterampilan, dan keahlian.
  9. Etika kerja, penghargaan terhadap waktu semakin tinggi, sehingga pemanfaatan waktu harus se-produktif mungkin.
  10. Ketakutan pekerja akan kehilangan pekerjaannya.
  11. Pengaruh serikat buruh, pengaruh serikat sangat kuat sehingga memerlukan adanya pengertian terutama dalam tuntutan kenaikan gaji.
  12. Manajemen, merupakan faktor dominan, terutama dalam proses perencanaan dan penjadwalan, kejelasan instruksi pada tenaga kerja dan pengaturan beban kerja yang tepat.

Penyebab Penurunan produktivitas

Dalam bukunya “Improving Total Productivity”, Paul Mali menjelaskan sebab-sebab yang megakibatkan turunnya produktivitas, yaitu :
  1. Penghamburan pemakaian sumber-sumber yang disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengukur, mengevaluasi, dan mengatur produktivitas para pekerja perkantoran yang semakin berkembang.
  2. Meningkatnya inflasi yang disebabkan oleh pemberian imbalan dan pembagian keuntungan tanpa diimbangi dengan peningkatan produktivitas.
  3. Melonjaknya biaya karena keinginan organisasi untuk berekspansi, sehingga mengurangi pertumbuhan.
  4. Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena ketidakjelasan wewenang serta ketidakefisienan dalam suatu organisasi yang sangat besar.
  5. Motivasi yang rendah karena bertambahnya para pekerja baru yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berkecukupan dengan segala sikap yang baru.
  6. Pengiriman peralatan yang terlambat karena terganggunya jadwal yang diakibatkan kurangnya persediaan.
  7. Adanya pertentangan dan kesulitan bagi orang dalam bekerja sama yang tidak dapat dipecahkan, yang mengakibatkan organisasi bekerja kurang efektif.
  8. Keinginan dan hak manajemen untuk meningkatkan produktivitas dibatasi dengan munculnya peraturan-peraturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat sekarang ini.
  9. Ketidakpuasan dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh semakin terspesialisasi dan terbatasnya proses pekerjaan.
  10. Kesempatan dan penemuan baru mengalami penurunan karena pengaruh perubahan teknologi yang cepat dan membesarkan biaya.
  11. Kemampuan para pelaksana menjadi tidak terpakai atau usang, karena ketidak mampuan untuk mengikuti kecepatan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan.
  12. Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak.

Alat-Alat  Evaluasi Penyebab Penurunan Produktivitas

Evaluasi terhadap sistem produktivitas perusahaan harus mampu menjawab apa yang menjadi akar penyebab dari penurunan produktivitas perusahaan itu. Berkaitan dengan hal ini kita dapat menggunakan alat – alat sederhana yang telah populer seperti : brainstorming, five whys, diagram pareto, dan diagram sebab-akibat.


Alat–alat seperti diatas, sangat penting untuk dipergunakan untuk menentukan akar penyebab penurunan produktivitas perusahaan, adapun alat-alat tersebut (Gasperz, 2000:71),yaitu :
  1. Brainstorming
Brainstorming membantu membangkitkan ide–ide alternatif dan persepsi dalam suatu tim kerja yang bersifat terbuka dan bebas. Brainstorming dapat digunakan berkaitan dengan hal – hal berikut :
  • Menentukan penyebab yang mungkin dari penurunan produktivitas perusahaan dan solusi terhadap masalah produktivitas itu.
  • Memutuskan masalah produktivitas apa yang perlu diselesaikan.
  • Anggota tim merasa bebas untuk berbicara dan menyumbangkan ide – ide mereka.
  • Menginginkan untuk menjaring sejumlah besar persepsi alternatif.
  • Kreatifitas merupakan karakteristik outcome yang diinginkan.
  • Fasilitator dapat secara efektif mengelola tim.

Langkah-langkah pelaksanaan Brainstorming :
  • Menyatakan pernyataan masalah produktivitas secara jelas.
  • Semua anggota kelompok harus berpikir dan membuat catatan.
  • Setiap ide dari anggota kelompok diminta memberikan ide dan tidak boleh ada 1 pun anggota kelompok yang tidak memberikan ide.
  • Setiap ide dari kelompok dicatat tanpa memberi komentar.
  • Setiap anggota kelompok menyiapkan suatu ranking dari ide-ide yang diterima itu.
  • Ranking idividual terhadap ide – ide itu diperbandingkan,
  • Memprioritaskan untuk memilih ide – ide terbaik dari berbagai ide terbaik berbagai ide yang dikemukakan itu.
  1. Bertanya Mengapa Beberapa Kali (Five Ways)
Konsep bertanya mengapa beberapa kali dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah yang berkaitan dengan produktivitas perusahaan.
Bertanya mengapa beberapa kali akan mengarahkan kita terhadap akar penyebab masalah sehingga tindakan yang sesuai pada akar penyebab masalah yang ditemukan itu akan menghilangkan masalah.
  1. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang sering terjadi ditunjukan oleh diagram grafik pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Pada dasarnya Diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk :
  • Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari maslah yang ada.
  • Memfokuskan perhatian-perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan rangking terhadap masalah-masalah atau penyebab dari maslah itu dalam bentuk yang signifikan.
Langkah-langkah membuat diagram pareto :
  1. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi penyebab – penyebab dari masalah yang akan diperbandingkan. Setelah itu merencanakan dan mengumpulkan data.
    • Menentukan masalah yang akan diteliti.
    • Menentukan data apa yang diperlukan dan bagaimana mengklasifikasikan atau mengkategorikan data tersebut.
    • Menentukan metode dan periode pengumpulan data, termasuk dalam hal ini adalah menentukan unit pengukuran dan periode waktu yang diuji.
      1. Membuat suatu ringkasan dasar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti menggunakan formulir pengumpulan data atau lembar periksa.
      2. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendah, serta hitunglah frekuensi komulatif, persentase dari total kejadian dan presentase dari total kejadian secara komulatif.
      3. Menggambarkan 2 buah garis horizontal dan 1 buah garis vertikal.
    • Garis Vertikal
      1. Garis vertikal kiri : pada garis ini buatlah skala dari nol sampai total keseluruhan dari kerusakan.
      2. Garis vertikal kanan : pada garis ini buatlah skala dari 0% sampai 100%.
    • Garis Horizontal
Bagilah garis ini dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan.
  1. Buatkan histogram pada diagram pareto.
  2. Gambarkan kurva komulatif serta cantumkan nilai–nilai komulatif (total komulatif atau persen komulatif) di sebelah kanan atas interval setiap item
  3. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang diuji itu. Untuk mengetahui akar penyebab dari suatu masalah kita dapat menggunakan diagram sebab-akibat atau bertanya mengapa beberapa kali.
    1. Diagram Sebab – Akibat.
Diagram sebab-akibat yaitu suatu diagram yang menunjukan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan manajemen produktivitas total, diagram ini dipergunakan untuk menunjukan faktor – faktor penyebab (sebab) penurunan produktivitas dan karakteristik produktivitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor – faktor penyebab itu. Diagram ini sering juga disebut diagram tulang ikan.
Pada dasarnya, diagram sebab-akibat dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut :
  • Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah produktivitas.
  • Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah produktivitas.
  • Membantu penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut berkaitan dengan masalah produtivitas itu.
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat :
  1. Dapatkan kesepakatan tentang masalah produktivitas yang terjadi dan ungkapkan masalah produktivitas itu sebagai suatu pertanyaan masalah.
  2. Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin menggunakan teknik brainstorming berkaitan dengan masalah produktivitas yang sedang dihadapi.
  3. Gambarkan diagram sebab-akibat dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan.
  4. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai melalui penempatan pada cabang yang sesuai.
  5. Untuk setiap penyebab yang mungkin bertanya mengapa ? kemudian daftarkanlah akar-akar penyebab tersebut pada cabang yang sesuai dengan kategori utama.
  6. Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan cara melihat penyebab-penyabab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan konsensus tentang penyebab itu.
  7. Terangkan hasil analisis menggunakan diagram sebab akibat
Bentuk umum dari diagram sebab akibat adalah sebagai berikut

Gambar 2.2 Bentuk umum diagram sebab akibat. 
(Sumber : Vincent Gaspersz, “Manajemen Produktivitas Total”, 2000)

Model - Model Pengukuran Produktivitas
  1. Model Pengukuran Finansial
Merupakan model pengukuran dengan dasar finansial di mana indikator produktivitas ditrasformasikan secara finansial. Model – model dibawah ini sebagian telah diterapkan untuk mengukur produktivitas perusahaan di Indonesia, model – model tersebut adalah :
  1. Model Marvin E.Mundel
Marvin E.Mundel (1976) mengemukakan dua bentuk pengukuran indeks produktivitas, yaitu :



dimana :
AOMP             = Output untuk periode yang diukur
AOBP                          = Output untuk periode dasar
RIMP               = Input-input untuk periode yang diukur
RIBP               = Input-input untuk periode dasar.

Dari dua bentuk pengukuran Indeks Produktivitas (IP) yang dikemukakan oleh Marvin E. Mundel tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu adalah serupa, kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapan pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan. Formula kesatu pada dasarnya merupakan rasio antara indeks performansi untuk periode pengukuran dan indeks performansi periode dasar, sedangkan formula kedua pada dasarnya merupakan rasio antara indeks output dan indeks input. Dengan demikian model di atas (Sumanth, 1985 : 110) dapat dinyatakan sebagai berikut :


Pada dasarnya model Mundel merupakan suatu model pengukuran produktivitas yang berdasarkan pada konsep-konsep dalam bentuk teknik industri bersama definisi-definisi ongkos dalam akutansi biaya. Model ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya itu mempunyai waktu-waktu standar untuk bekerja (operation time standard), suatu syarat yang masih sulit dipenuhi oleh kebanyakan perusahaan di Indonesia.

  1. Model Craig-Harris
Craig-Harris mendefinisikan pengukuran produktivitas total adalah sebagai berikut :


dimana :
L       =  Faktor masukan tenaga kerja
C      =  Faktor masukan Modal
R      =  Faktor masukan alat
Q      =  Faktor masukan lain pada barang dan jasa
OT    =  Output Total

  1. Model David J. Sumanth (MPT)
MPT ini dikembangkan oleh David J. Sumanth untuk lingkup perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor masukan dalam menghasilkan keluaran. Model ini disamping dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa.

Model produktivitas total (Sumanth, 1985:153) dinyatakan sebagai berikut :


Dimana Total keluaran meliputi : nilai unit produk jadi, nilai unit produk setengah jadi, bunga, dan pendapatan lainnya. Sedangkan Total masukan meliputi : nilai tenaga kerja, nilai bahan, nilai energi, biaya lainnya, dan nilai kapital.

Arti tangible berarti dapat diukur. Sebagai contoh: Mobil yang dirakit, jumlah cek yang diproses, ton baja yang dihasilkan. Perlu dicatat bahwa keluaran disini berarti semua keluaran yang diproduksi, dan masukan berarti semua sumber daya yang dikonsumsi atau dikeluarkan untuk menghasilkan keluaran ini. Baik keluaran maupun masukan dinyatakan dalam nilai uang konstan dari periode dasar (referensi), misalnya masukan manusia dan energi dapat dinyatakan dalam jam orang dan kilowatt jam. Lebih jauh lagi jika perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, misalnya : Baja (dalam ton), dan sepatu (dalam jumlah pasang), keluaran tidak dapat dinyatakan sebagai ton baja + pasang sepatu. Namun, nilai produk-produk tadi dapat dinyatakan dalam rupiah periode dasar, yang dapat saling dijumlahkan.

  1. Model APC
Pusat Produktivitas Amerika (The American Productivity Center, APC) telah mengemukakan ukuran produktivitas (Sumanth, 1985:105) yang didefinisikan sebagai berikut :


Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak adanya hubungan profitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Rasio produktivitas memberikan suatu indikasi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan output perusahaan.

Dalam model APC kuantitas Output dan Input setiap tahun digandakan dengan harga-harga tahun dasar untuk menghasilkan indeks produktivitas. Harga-harga dan biaya per unit setiap tahun digandakan dengan kuantitas output dan input pada tahun tertentu akan menghasilkan indeks perbaikan harga pada tahun itu. Dengan diketahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga, maka indeks profitabilitas adalah :

Indeks Profitabilitas = Indeks Produktivitas x Indeks perbaikan harga

Atau :



Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam biaya input terhadap harga output perusahaan.
Dalam model ini, biaya perunit tenaga kerja, material dan energi dihitung atau ditentukan secara langsung. Sedangkan perhitungan input modal ditentukan berdasarkan depresiasi total  ditambah keuntungan relatif terhadap harga total (harta tetap + harta lancar) yang digunakan, dengan demikian input modal untuk periode tertentu (Sumanth, 1985:107) adalah :

Input modal periode tertentu = depresiasi periode itu + ROA x Harta                        digunakan


  1. Model Hendrick-Creamer
J.W. Kendrick dan D. Creamer pada tahun 1965 memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas pada tingkat perusahaan. Indeks Produktivitas total untuk periode tertentu (Sumanth, 1985 : 99) diukur sebagai berikut :


Selisih antara output periode tertentu dalam harga periode dasar dan input dalam harga dasar menunjukkan peningkatan atau penurunan produktivitas pada periode itu. Peningkatan atau penurunan produktivitas dapat dilihat berdasarkan selisih antara output dan input total.

  1. Model Habberstad dan Pospac
Model ini merupakan gabungan dari beberapa ukuran produktivitas parsial yang masing-masing akan menggambarkan produktivitas sebagai kelompok aktivitas didalam perusahaan. Model ini berisi beberapa tindakan perbaikan produktivitas yang diklasifikasikan kedalam enam kelompok yang masing-masing kelompok menunjang kepada perbaikan suatu jenis produktivitas didalam perusahaan. Dengan demikian terdapat enam jenis produktivitas yang harus dinaikkan oleh perusahaan yaitu :
  • Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Gross Margin = Penjualan bersih – Harga pokok penjualan (HPP)
Total Wages = Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
  • Produktivitas Modal


Turn Over = Penjualan bersih
Total Capital Employed = Total aktiva perusahaan

  • Produktivitas Produksi
Produktivitas Produksi = Capital Utilization
  • Produktivitas Organisasi
Added Value = Penjualan bersih – biaya eksternal
Cost of Administration = Biaya Administrasi
  • Produktivitas Penjualan
Gross Margin = Laba bersih setelah pajak
Total sales cost = Total biaya penjualan
  • Produktivitas Produk
Gross Margin = laba kotor (sebelum pajak)
Direct Product Cost = Biaya langsung yang digunakan dalam    proses produksi produk tersebut.

Sekian artikel tentang Pengertian Produktivitas, Ruang Lingkup, Teori, dan Contoh Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  1. Griffin, Ricky W and Ebert, Ronald J, 2006. Business, 8th edition, Pearson Education Inc, New Jersey
  2. Madura, Jeff. 2007. Introduction to Business. 4th South-Western College Publishing, USA
  3. Robbins, S. And Coulter, M. 2002. Management. 7th Prentice Hall, Inc. Upper Sadle River, New Jersey
  4. Griffin, Ricky W. 2005. Fundamental of Management. 4th Houghton Mifflin Company
  5. Daft, Richard. 2003. Manajemen. Eisi ke-5 Jilid 1 dan 2. Erlanggan, Jakarta
  6. Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Edisi Revisi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer