Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga

Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga - Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian, mengingat Pulau Jawa telah menjadi pasar yang baik untuk produk-produk impor. Oleh karena itu, tantangan bagi pertanian di Pulau Jawa adalah bagaimana memperbesar produktivitas seiring menyempitnya lahan, meningkatkan daya saing produk seiring derasnya arus impor dan kuatnya tuntutan untuk promosi ekspor, membangun citra pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Pembangunan pertanian dapat dilakukan di lahan pasir pantai seiring menyempitnya lahan pertanian. Lahan pasir pantai tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di sekitar pantai untuk kegiatan pertanian, karena selama ini lahan pasir pantai dinilai tidak layak sebagai media tanam serta memiliki keterbatasan dan pengelolaannya lebih sulit dibandingkan lahan tegalan maupun lahan sawah. Lahan tersebut dapat diolah dengan menggunakan teknik bercocok tanam di lahan pasir pantai sehingga menjadi lahan pertanian yang produktif. Pembukaan lahan pantai bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul.

Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga_
image source: www.anaturalfarm.com

Pada tahun 2003 lahan pasir pantai di Kabupaten Kulon Progo telah dikembangkan menjadi pertanian buah naga (cactaceae hylocereus) sejenis tanaman kaktus, yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman tersebut belum banyak dikembangkan, karena buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan komoditas baru yang belum banyak dikenal masyarakat. Oleh karena itu, jika akan dikembangkan menjadi tanaman pertanian atau budi daya harus diketahui dulu cara yang efektif untuk menanam buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai serta faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan buah naga (cactaceae hylocereus). Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budi daya buah naga (cactaceae hylocerus) dan cara membudidayakannya.

1. Lahan Pasir Pantai

Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk., 2000).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Usaha Tani
Wahyu (2003) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi usaha tani antara lain: (a) tekstur tanah, (b) jenis tanah, (c) iklim, (d) topografi, (e) air dan drainase.

3. Syarat Tumbuh Buah Naga

Daniel (2003) menyimpulkan bahwa tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun pun tanaman ini masih dapat tumbuh. Namun, tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. 

Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan yang ditandai dengan proses pembusukan akar yang terlalu cepat dan akhirnya merambat sampai kepangkal batang. Sementara intensitas sinar matahari yang disukainya sekitar 70-80%. Tanaman ini sebaiknya ditanam dilahan yang tidak terdapat naungan, sirkulasi udaranya harus baik. Pertumbuhan dan perkembanagan tanaman ini akan lebih baik ditanam di daerah dataran rendah antara 0-350 m dpal. Suhu udara ideal bagi tanaman ini antara 260 C-360 C dan kelembaban 70-90%. Sementara derajat keasaman (PH) tanah yang disukainya bersifat sedikit alkalis 6,5-7. 

Agar tanaman tumbuh baik dan dapat memberikan hasil maksimal maka media tumbuhnya harus subur, gembur, dan mengandung bahan organik tinggi dengan kandungan kalsiumnya tinggi. Media tersebut tidak boleh mengandung garam. Sementara drainase harus baik dan bersifat porous, karena tanaman ini tidak menyukai genangan. Bahan organik ini berfungsi untuk menjaga kelembaban, menyangga kation dan aktivitas mikroorganisme, serta menyediakan hara. Beberapa bahan organik, mediapun perlu dicampur dengan bahan anorganik untuk memperlancar aerasi dan drainase serta mempertahankan dan mengubah sifat fisik media.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif untuk mendeskripsikan pemanfaatan lahan pasir untuk budi daya buah naga (cactaceae hylocereus). Penelitian ini dilaksanakan di lahan pasir Pantai Glagah dan Pantai Trisik Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2005. Variabel dalam penelitian ini ialah pemanfaatan lahan pasir pantai untuk budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) dan cara membudidayakan buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai yang meliputi; pengadaan bibit, pembuatan media tanam, penanaman bibit, pemeliharaan buah naga, panen dan pasca panen, pemasaran, serta manfaat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan data yang tersaji dan diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Deskripsi Daerah Pengamatan

Letak wilayah pantai pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta berada di sebelah selatan yang tercakup dalam wilayah Kabupaten Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul. Bentangan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta panjangnya lebih dari 70 km yang potensial sebagai obyek wisata. Tapi sayangnya, lahan pasir pantai yang cukup luas tersebut masih merupakan lahan tidur dan belum banyak diberdayakan (Reki, 2003). Lahan pasir pantai yang telah dikembangkan untuk budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) ialah Pantai Glagah Kecamatan Temon dan Pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo.

2. Kondisi Iklim

Iklim daerah pesisir pantai selatan Trisik dan Glagah mempunyai temperatur 230C-330C, kelembaban relatif 61,1%-97,1%. Rata-rata curah hujan per tahun pada bulan kering 4,5 mm/tahun, bulan basah 6,7 mm/tahun, bulan lembab 0,8 mm/tahun.

3. Kondisi Topografi dan Tanah

Ketinggian lahan pasir Pantai Trisik dan lahan pasir Pantai Glagah rata-rata mencapai 0-10 meter dpal. Keadaan fisiografisnya merupakan dataran rendah pantai dengan memiliki kemiringan 2%-8%. Reki, (2003) menyimpulkan bahwa kondisi tanah di lahan pasir pantai selatan Trisik dan lahan pasir pantai Glagah, termasuk jenis tanah regosol dan subordo Psamments yang mengandung pasir >95%, mempunyai sifat yang kurang baik terutama struktur, konsistensi lepas, menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara.
4. Pemanfaatan Lahan Pasir untuk Lahan Pertanian

Hingga kini pemanfaatan lahan pasir pantai selatan di Daerah Istemewa Yogyakarta masih tergolong terbatas. Sebagian besar masih lahan kosong yang ditumbuhi beberapa tanaman liar dan dibiarkan begitu saja. Untuk beberapa wilayah seperti; Pantai Bugel dan Pantai Samas sudah diusahakan untuk pertanian cabai merah, kacang tanah, bawang merah, semangka, jagung dan tanaman lainnya. Pengembangan budi daya buah naga untuk saat ini baru dikembangkan di 2 daerah yaitu Pantai Trisik yang dikelola Pemda Kulonprogo selama 1 tahun dan Pantai Glagah yang dikelola oleh seorang petani yang bernama Dr. Paulus Tribatra. Di wilayah Pantai Glagah ini sudah dikembangkan 2 jenis buah naga (cactaceae hylocereus) yaitu buah naga daging merah (super) dan buah naga daging putih.
B. Pembahasan

1. Asal-usul Buah Naga (Cactaceae Hylocereus)

Hingga kini buah naga (cactaceae hylocereus) sudah menyebar luas ke penjuru dunia. Daerah asal kaktus hutan yang buahnya berwarna merah dan bersisik ini adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Utara. Di Daerah asalnya buah naga atau dragon fruit ini dinamai pitahaya atau pitayo roja. Penduduk Indian sering memanfaatkan buah yang berasa manis agak asam ini sebagai buah meja atau buah yang dikonsumsi segar. Memang buah naga berasal dari Amerika. Namun, tanaman ini lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia. Hal ini disebabkan buah naga (cactaceae hylocereus) dikembangkan besar-besaran di Asia seperti Vietnam dan Thailand. Di Indonesia, buah naga (cactaceae hylocereus) mulai dikenal sekitar pertengahan tahun 2000, itupun bukan hasil budi daya negeri sendiri, tetapi hasil impor dari Thailand. Daerah Indonesia hingga kini sudah mengembangkan tanaman buah naga ialah Pasuruan Jember, Mojokerto, dan Jombang. Daerah yang diketahui pertama kali menanam tanaman buah naga adalah Pasuruan kearah Tosari, daerah desa Pohgading, Kecamatan Pasrepan. Hingga kini luas areal penanaman tanaman ini relatif masih sedikit. Hal ini dapat dimaklumi karena buah naga masih tergolong langka (Daniel, 2003).

2. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga (Cactaceae Hylocereus)

Lahan pasir pantai Glagah sampai Trisik termasuk jenis tanah regosol dan termasuk subordo Psamments yang mengandung pasir >95% mempunyai sifat yang kurang baik terutama struktur, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat yang menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara. Oleh karena itu, tanaman buah naga (cactaceae hylocereus) yang ditanam di lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Sutardi dkk. (2004) mengemukakan bahwa pupuk kandang atau bahan organik dapat berfungsi sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman dan efisiensi penggunaan pupuk. Dengan demikian budi daya buah tersebut bisa dilakukan baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau karena drainasenya baik.

Budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai merupakan salah satu teknologi pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang kurang berpotensi menjadi lahan yang berpotensi. Budidaya buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan salah satu alternatif usaha tani yang efisien, lestari, berkelanjutan dan berwawasan agrobisnis yang perlu dikembangkan. Komoditas tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Budi daya buah tersebut didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah. Sementara di lahan pasir pantai Trisik dan Bugel baru saja dikembangkan. Berkembangnya budidaya buah naga di lahan pasir pantai diharapkan akan dapat membantu peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani setempat. Pemanfaatan lahan pasir pantai bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul.

3. Cara Membudidayakan Buah Naga (Cactaceae Hylocereus) di Lahan Pasir Pantai
a. Pengadaan Bibit

Kriteria bibit yang baik antara lain berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran yang ideal untuk bibit setek batang adalah 50-80 cm dengan diameter batang mencapai 8 cm. Ukuran ideal bibit setek batang adalah panjang 20-30 cm dan diameter 4-5 cm. Untuk bibit asal biji harus dipilih yang tampak sehat, tua, matang di pohon dan bebas dari hama penyakit. Bibit demikian tampak dari fisik, keseragaman pertumbuhan dan warna.

b. Pembuatan media tanam. 

Gambar 1. Pembuatan lubang tanaman buah naga.

Keterangan:
(a) Buat lubang tanam berukuran 60 x 60 cm dan kedalaman 50 cm
(b) Buat lubang di tengah lubang tanam dengan ukuran 10cmx10cmx15cm
(c) Pasang tiang panjat pada lubang kecil di tengah lubang tanam
(d) Masukan media tanam dalam lubang tanam, lalu disiram.

c. Penanaman Bibit

Bibit ditanam pada tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit, bila panjang bibit 50-80 cm maka harus dimasukan kedalam tanah sedalam 10 cm dan sedalam 4-8 cm kalau panjang bibit berukuran kurang dari 50 cm. pembenaman empat bibit tersebut harus merapat pada tiang panjat secara melingkar. Jarak setiap bibit dengan pangkal panjatan ± 10 cm dengan posisi merapat ke tiang panjatan supaya sulur tanaman memeluk tiang panjatan. Ikat keempat bibit pada tiang panjatan dengan kawat atau rapia agar tidak mudah jatuh dan pengikat jangan terlalu erat karena akan merusak permukaan dan daging bibit.

d. Pemeliharaan Buah Naga (Cactaceae Hylocereus)

Dalam budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai diperlukan beberapa tindakan diantaranya sebagai berikut:

1) Perawatan tanaman

Perawatan pertama yang biasa dilakukan adalah penggantian tanaman setelah seminggu penanaman, tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya, sering terjadi busuk pangkal batang setek. Setek demikian harus segera diganti dengan setek yang baru. Demikian juga dengan setek yang mati atau yang tidak tumbuh harus segera diganti. Pengaturan letak cabang atau batang dilakukan dengan pengikatan. Pengikatan harus dilakukan pada saat pertumbuhan cabang atau batang sudah bertambah dan diubah letaknya. Dengan demikian batang atau cabang dapat diarahkan pertumbuhannya. Pengikatan yang terlambat akan membuat pertumbuhan cabang atau batang melengkung tidak teratur atau menyimpang dari arah tiang. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan cabang dan bakal cabang produktif kearah atas. Pemangkasan tanaman harus dilakukan sedini mungkin dan berkala guna memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Bila pemangkasan tidak dilakukan maka percabangan akan saling bersaing dan akhirnya menjadi tidak produktif.

2) Pengairan

Pengairan buah naga harus diperhatikan dengan baik dan bila lahan pasir terlalu kering harus segera disiram. Penyiraman tidak perlu terlalu banyak atau jangan sampai terendam. Bila ini terjadi maka tanaman dapat terserang busuk batang. Dalam penyiraman buah naga (cactaceae hyloceraeus) di lahan pasir pantai harus diperhatikan drainasenya.

3) Pemupukan

Pemupukan buah naga di lahan pasir pantai perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang berasal dari hewan, sapi, kambing, ayam dan limbah kandang lainnya. Sedangkan dosis pemupukan anorganik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Dosis dan jenis pupuk per patok per bulan


e. Panen dan Pasca Panen

Buah naga (cactaceae hylocereus) yang siap panen biasanya pertama dilakukan saat tanaman berumur 9-12 bulan sebanyak dua buah per tanaman atau sekitar 1 kg. buah siap petik umumnya merupakan buah yang sudah tua dengan beberapa penampakan atau tanda-tanda sebagai berikut: kulit buah sudah berubah warna menjadi merah tua atau merah mengkilap. Mahkota buah sudah mengecil. Kedua pangkal buah sudah berkeriput. Bentuk buah bulat besar dengan berat masing- masing buah sudah mencapai 500 g. Wang (2004) berpendapat bahwa pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru itu tumbuh besar dan menghadap ke langit. Tunas-tunas itu dibiarkan tinggi lurus hingga mencapai kurang lebih 1,5 meter, kemudian dipotong pucuknya kurang lebih 3 cm. Pemotongan batang ini berfungsi merangsang pertumbuhan tunas baru. Upayakan tunas baru yang tumbuh jangan sampai lebih dari 5 tunas karena dapat mengganggu pertumbuhan buah naga hitam. Tunas-tunas baru tersebut nanti akan tumbuh membesar dan menjadi percabangan sekaligus sebagai tempat buah.

f. Pemasaran

Pemasaran buah naga untuk saat ini dapat dikatakan masih sulit untuk di pasarkan, karena buah naga belum banyak dikenal masyarakat.

Oleh karena itu, buah naga (cactaceae hylocereus) di pasarkan petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani. Para pedagang buah naga untuk saat ini mempromosikan buah naga sebagai tanaman obat untuk membidik konsumen yang ingin coba-coba dan penasaran terhadap buah langka tersebut.

g. Manfaat

Membudidayakan buah naga (cactaceae hylocereus) banyak sekali manfaatnya selain sebagai tanaman obat, juga bisa dijadikan sebagai tanaman pertanian yang menghasilkan banyak keuntungan, selain itu dapat dijadikan sebagai pemasukan devisa daerah dan sebagai kawasan wisata pertanian (agrowisata). Buah naga (cactaceae hylocereus) dijadikan sebagai tanaman obat, karena mepunyai khasiat antara lain: sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, pengurang kolesterol, pencegah pendarahan, keluhan keputihan. Daniel (2003) mengemukakan bahwa buah naga (cactaceae hylocereus) umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai penghilang dahaga. Hal ini disebabkan oleh kandungan airnya sangat tinggi, sekitar 90,20 % dari berat buah. Rasanya cukup manis karena didukung oleh kadar gula yang mencapai 13-18 briks. Selain dikonsumsi langsung, penyajian buah naga dapat berupa jus, es krim, sari buah, manisan maupun selai.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budidaya Buah Naga

Lahan pasir pantai selatan mengandung pasir >95%, mempunyai struktur kasar, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat miskin kandungan hara. Oleh karena itu, penanaman buah naga di lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. 

2. Cara Membudidayakan Buah Naga di Lahan Pasir Pantai

Kriteria bibit yang baik harus berwarna hijau kebiruan atau hijau gelap, penampilan fisik kekar dan keras, serta tampak tua. Ukuran batang 50-80 cm dengan diameter batang 8 cm. Penanaman tiap-tiap beton sebanyak 4 bibit. Pemeliharaan setelah seminggu penanaman yaitu tanaman yang mati, busuk pada pangkal batang, tidak tumbuh atau kerusakan fisik lainnya harus segera diganti dengan setek yang baru. Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pertumbuhan dan dilakukan sedini mungkin supaya tanaman menjadi lebih teratur. Pengairan buah naga di lahan pasir pantai jangan terlalu kering harus segera disiram dan penyiraman jangan terlalu banyak karena kalau terendam akan terserang busuk batang. 

Pemupukan buah naga perlu dilakukan sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman. Komposisi pupuk yang digunakan dalam budidaya buah naga adalah pupuk organik dan anorganik. Buah naga yang siap panen umunya merupakan buah yang sudah tua, kulit berwarna merah tua mengkilap. Pasca panen batang bekas buah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Pemasaran buah naga untuk saat ini di pasarkan oleh petani langsung ke swalayan dan toko buah-buahan segar atau pedagang langsung menemui petani. Manfaat budidaya buah naga bisa dijadikan sebagai tanaman obat, menambah pendapatan petani, pemasukan devisa daerah dan sebagai wisata pertanian (agrowisata).

B. Saran

Petani dalam mengolah lahan pasir pantai harus menambah pupuk organik dan anorganik. Petani dapat menanam tanaman lain selain buah naga. Pemerintah perlu memberikan penyuluhan dan memfasilitasi petani supaya dapat mengembangkan lahan tersebut menjadi produktif. Pemerintah dapat merehabilitasi kawasan wisata pantai pesisir selatan yang lahannya masih kosong untuk dijadikan lahan pertanian buah naga dan sekaligus dijadikan sebagai kawasan wisata pertanian (agrowisata).

Sekian artikel tentang Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga. Semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
  • Suharsimi, A. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta, Jakarta. hlm. 99 .
  • Reki, H., dkk. 2003. Upaya peningkatan teknologi budi daya cabai merah di lahan pasir pesisir selatan Yogyakarta. Dalam Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Mendukung Agribisnis Bekerjasama dengan INSTIPER Yogyakarta. Yogyakarta. hlm. 128-129.
  • Daniel, K. 2003. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 5-7, 18 dan 55.
Nikita Dini
Nikita Dini Blogger, Internet Marketer, Web Designer